Otomotifnet.com – Dunia balap tanah air tidak hanya diramaikan oleh tim besar dan pembalap privateer saja, bahkan ada juga satu keluarga yang kompak bikin tim balap.
Salah satunya Piters Tanujaya dan Frans Tanujaya yang dikawal langsung oleh ayahanda untuk turun di kejuaraan grasstrack maupun motocross, ialah (alm.) Yohanes Tanujaya atau dikenal Koh Acay.
Koh Acay sendiri merupakan mantan pembalap road race di era tahun 60-an. Sejak berhenti balap, pria ini membuat bengkel Acay Motor di Jl. Aceh 18, Bandung, Jabar.
Beliau pun sekaligus menjadi mekanik untuk kedua anaknya di setiap kejuaraan motocross dan grasstrack yang diikuti.
Baca Juga: Swing Arm Kawasaki Kaze Diburu, Cocok Dibuat Grasstrack, Material Jadi Alasan
LAHIR DARI KELUARGA PEMBALAP
Piters memulai karir balapnya sejak umur 15 tahun, jelas karena memang hidup di lingkungan keluarga yang akrab dengan dunia otomotif.
“Memang dasarnya dari keluarga otomotif, baik ayah ataupun paman. Sering juga dibawa ke Sirkuit Cibogo untuk nonton dan latihan.”
“Selain itu keluarga kan juga punya bengkel, di tahun 80-an makin kebawa setelah lihat Satya Sunarso balap menggunakan Suzuki saat itu, bahkan sempet benerin motornya di bengkel kami,” cerita Piters mengenai bagaimana awal karirnya dimulai.
Sedangkan sang adik, Frans Tanujaya memulai karir balapnya di umur yang lebih muda, tepatnya di umur 9 tahun.
Baca Juga: Dunlop DGX-01, Ban Grasstrack Untuk Matic, Sport Hingga Bebek
“Ya karena kakak sudah mulai ikut grasstrack, jadi sering dibawa ke sirkuit sampai akhirnya tertarik. Cuma karena saat itu masih sekolah, jadi masih banyak libur.”
“Jadi saat itu lebih banyak balapan BMX. Tapi tetap akhirnya fokus di grasstrack,” ujar Frans.
LANGGANAN JUARA HINGGA BALAP LUAR NEGERI
Bicara prestasi, tentu bisa dibilang kedua saudara ini selalu eksis di podium garuk tanah. Beragam kejuaraan pun sudah banyak diikuti dengan beragam tim balap.
“Di tahun 1991 atau 1992 sempet juara nasional motocross. Di tahun 1991 itu gabung dengan tim Suara Merdeka Jawa Tengah, selanjutnya gabung dengan tim Yamaha.”
Baca Juga: Honda XL500 Wajahnya Sangar, Adopsi gaya Scrambler, Kental Aura Motocross 80an
“Sampai dapat kesempatan untuk training di Amerika dan Jepang, ikut kompetisi juga di sana dan bisa berprestasi,” cerita Frans kepada OTOMOTIF.
Bahkan kakak beradik ini pernah meraih total point yang bersandingan, artinya juara nasional dan runner up dikuasai dua pembalap asal Bandung, Jabar ini.
“Sampai tahun 1990 bersama tim Suzuki, lalu 1991 tim Suara Merdeka Semarang ini motornya campur-campur. Saya pakai Yamaha dan Frans pakai Suzuki.”
“Lalu 1992-1993 saya gabung ke Yamaha. Di tahun itu untuk perebutan juara nasional, total point saya kedua dan Frans pertama,” urai Piters.
Baca Juga: Kawasaki KX85 Digeber Susi Pudjiastuti, Dijual Resmi KMI, Segini Harganya
Gak hanya kejuaraan dalam negeri, kejuaraan di luar Indonesia pun pernah dirasakan keduanya seperti di kompetisi Kamboja, Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, Amerika, hingga New Zealand.
“Paling mengesankan saat bisa mengalahkan para pembalap Thailand di motocross setelah pulang training di Amerika, karena saat itu pembalap Thailand terbilang sangat kuat."
"Lalu main di kejuaraan Asia Pasifik, hasilnya cukup bagus, akhirnya semakin dikenal di Asia,” sebut pembalap dengan nomor start #171 ini.
PERNAH BALAP ROAD RACE
Meski sudah mengoleksi beragam piagam kejuaraan grasstrack dan motocross, ternyata tidak membuat dua saudara ini puas.
Pasalnya keduanya sempat ikut serta juga di ajang road race, kala itu dengan sirkuit ‘pasar senggol’.
“Saat itu event motocross sempet vakum, akhirnya para pembalap cari olahraga baru."
"Akhirnya berkembang lah ke road race jalanan, saat itu di Gasibu Bandung. Banyak ketemu sama pembalap lulusan sirkuit Ancol.”
Baca Juga: Jadi Olahraga Penuh Risiko, Motocross Tetap Jadi Ajang Latihan Pembalap, Ini Alasannya
“Tapi karena balap ‘pasar senggol’, jadi pembalap yang basicnya gravel masih banyak yang menguasai, termasuk saya. Tapi itu selingan aja, saya lebih fokus ke off road,” kenang Frans tentang kiprah balap aspalnya.
Yang justru banyak meraup juara di ajang road race adalah sang kakak, bahkan sampai mendapatkan beberapa Suzuki RGR 150 karena turun sebagai juara umum di tiap putarannya.
“Di tahun 1990 sempet jatoh saat balap di Pandeglang, akhirnya tangan cidera. Gak terlalu sakit, tapi kadang pas lagi ketarik baru berasa. Dari situ mulai istirahat motocross dan istirahat angkat beban.”
“Kebetulan 1991 ada RGR Cup di Bandung, itu pertama kali launching. Putaran 1 masuk 5 besar, akhirnya dibiayain ke Bali untuk putaran 2."
"Di Bali juara lagi sampai final di Ancol, karena juara umum akhirnya dapat Suzuki RGR 150.”
Baca Juga: Latihan Motocross di Tengah Wabah Corona, Danillo Petrucci: MotoGP Sering Tak Menyenangkan
“Seri Jawa Tengah juga dapat RGR 150 lagi. Tapi pas di Jawa Timur saya rela lepas juara umum, gak ikut karena ada bentrok dengan event motocross."
"Tapi karena point masih tinggi, akhirnya total point ke-3 dan masih dapat hadiah uang. Tahun 1992 balik lagi deh ke motocross,” rinci Piters saat mencicipi dunia road race.
PASCA-PENSIUN BALAP
Frans Tanujaya lebih dulu gantung helm di sekitar tahun 2005, salah satu alasannya karena beliau sudah menikah dan umur sudah tidak muda.
Tentunya untuk menghindari cidera serius, pasalnya di umur yang tidak lagi muda bisa membuat waktu recovery lebih lama jika sampai mengalami cidera.
Meski begitu Frans tetap cinta akan dunia otomotif Tanah Air, ini yang memacu dirinya tetap berkecimpung di lingkungan otomotif.
Baca Juga: Sirkuit Motocross Internasional Bakal Ada di Banyuwangi, Tinton Soeprapto: Bisa Panen Pisang Juga
“Saya lebih memilih jalur organisasinya, karena saya lihat jarang sekali mantan atlet mau berkecimpung di IMI (Ikatan Motor Indonesia) umumnya jadi pelatih, khususnya roda 2. Karena IMI sebagai regulator harus memikrkan semua aspek.”
“Apa permasalahan atau kendala pembalap, juga apa kendala dari sisi promotor ini harus diselaraskan. Ini jadi tantangan saya sebagai regulator di IMI."
"Awalnya menjadi Komisi, naik jadi pengurus, jadi Biro, sekarang jadi ketua harian IMI Jabar dan juga berada di federasi FIM ASIA dengan posisi chairman Off Road Commission yang mengurus bagian olahraga roda 2 tanah di Asia,” rinci Frans yang kini sedang fokus untuk PON Papua 2021.
Kepedulian Frans terhadap balap juga pembalap Tanah Air dibuktikan dengan berhasilnya mengantarkan beberapa pembalap Indonesia berlaga di luar negeri, bahkan hingga menyabet gelar juara.
“Setelah di IMI saya berusaha untuk bisa bawa pembalap muda agar bisa berprestasi."
"Tahun 2019 saya bawa Diva Ismayana dan Delvinto Alfarizi ke Kuwait. Diva pun bisa jadi juara asia di kelas MX2, ini sangat luar biasa dan jadi sejarah di Indonesia.”
Baca Juga: Astra Honda Racing Team Dukung Delvintor Alfarizi Di Kejuaraan Dunia MXGP
“Saya juga bangga bisa mengantarkan mereka jadi juara Asia dan mengantarkan mereka ke penobatan juara di Macau di awal tahun 2019,” sambungnya.
Sedangkan Piters masih menunjukkan taringnya, dengan menjadi brand ambassador dari Viar di tahun 2014 untuk turing Sabang-Merauke, sampai mengikuti kejuaraan Asia di tahun 2015 dan menyabet podium 3 di hari Sabtu lalu podium puncak di hari Minggu.
“Tahun 2014 sampai 2018 gabung di Viar jadi brand ambassador gitu lah, selain turing Sabang-Merauke juga ikut FIM Asian Motocross Championship (AMC) 2015 di Palembang, Sumatera Selatan.”
“Setelah itu ya cuma trabas-trabas aja untuk hiburan. Mulai tahun 2017 mulai aktif lari lagi, seperti lari jarak 10 km."
"Karena ini kan emang salah satu olahraga menunjang fisik motocross dulu. Ada lari dan berenang,” ucap pria kelahiran 1965 ini.
Baca Juga: IMI Provinsi Jabar Tak Lama Lagi Akan Siapkan Trek Khusus Balap Tanah
BESAR BERSAMA OTOMOTIF
Selama berkarir, tentunya nama Piters Tanujaya dan Frans Tanujaya jarang absen di beragam rubrik pada Tabloid OTOMOTIF, terutama setelah keduanya menjuarai sebuah kejuaraan grasstrack maupun motocross.
“Bisa dibilang saya dibesarkan juga oleh Tabloid OTOMOTIF, dari awal berdiri saya selalu bersama-sama dengan OTOMOTIF."
"Tiap kali balap, Tabloid OTOMOTIF selalu meliput dan mewawancara.”
“Klub trabas saya sendiri juga besar dari Tabloid OTOMOTIF, dari awal selalu bersama dan sangat berkesan saat itu dengan (alm.) Willy F-16."
"Selamat ulang tahun untuk Tabloid OTOMOTIF ke-30 tahun, semoga semakin jaya dan sukses,” kenang Frans bersama Tabloid OTOMOTIF.
Hal serupa juga diucapkan oleh Piters yang semasa karir balapnya juga selalu berdampingan dengan Tabloid OTOMOTIF.
Baca Juga: Andrea Dovizioso Enggak Mau Jadi Test Rider di MotoGP 2021, Pilih Ajang Motocross
“Selamat ulang tahun Tabloid OTOMOTIF ke-30 tahun, semoga jaya selalu. Terima kasih atas dukungan selama saya berkarir motocross."
"Telah membesarkan saya juga dengan kegiatan saya sampai terakhir di trabas, saat itu sejak mulai bersama (alm.) Willy F-16,” tutup Piters.
Salam sehat selalu dua legenda motocross Indonesia!
Editor | : | Antonius Yuliyanto |
KOMENTAR