Otomotifnet.com - Pernah dengar istilah GDi? Ya, itu singkatan dari teknologi Gasoline Direct Injection alias mesin bensin dengan sistem injeksi bahan bakar langsung.
Teknologi ini pertama kali dikembangkan oleh Bosch Jerman pada tahun 1951.
Pada kendaraan bermesin diesel pun sudah banyak yang menggunakan teknologi direct injection ini.
Lantas apa bedanya dengan mesin bensin injection konvensional?
Baca Juga: Mazda CX-5 dan Mesin Direct Injection Butuh Perawatan Khusus, Anti Bensin Murah?
Secara prinsip kerja, antara mesin GDI dengan mesin injeksi konvensional sebenarnya hampir sama, yaitu umumnya sama-sama berkonstruksi 4-langkah.
Nah, yang membedakan adalah sistem semprotan bahan bakar atau fuel injection-nya.
Bila pada mesin injeksi konvensional semprotan kabut bensinnya umumnya berada di intake port, maka pada mesin GDI langsung di ruang bakar.
Oh iya, teknologi GDI ini untuk beberapa brand, ada yang mengusung nama atau istilah berbeda.
“Misalnya di brand VW biasa disebut TSI atau Twincharged Stratified Injection. Lalu di Mazda mereka menyebutnya dengan Skyactiv Technology dan sebagainya,” bilang Judy P. Pangestu, Direktur PD Karya Prima Utama selaku distributor chemical untuk otomotif berlabel BG Products asal Amerika.
Tentunya dengan posisi penyemprotan bahan bakar yang langsung di dalam ruang bakar tersebut, menghasilkan sejumlah keuntungan dibanding yang disemprot di intake port.
“Pertama, mesin akan lebih mudah dihidupkan, walau dalam kondisi cuaca dingin sekalipun,” bilang Nurkholis, Section Head National Technical Leader PT Toyota Astra Motor (TAM).
Jadi, walaupun isapan mesin belum begitu kuat ketika kondisinya masih dingin, sudah ada cukup campuran gas untuk dibakar dalam combustion chamber.
Baca Juga: Kia Seltos EXP Digeber Pol 0 – 100 Km/jam, Hasilnya Bikin Takjub!
Selain itu, lanjut Nurkholis, secara performa juga lebih tinggi dibanding yang posisinya di port.
“Otomatis lebih irit pula dalam pemakaian bahan bakar, karena tidak perlu volume semprotan bahan bakar yang banyak,” tambahnya.
Nah, seiring perkembangan teknologi, sistem injeksi langsung ini ada pula yang dikombinasikan dengan sistem injeksi di intake port.
“Contohnya di produk Lexus, ada yang combine antara direct injection dan port. Tapi bekerjanya tidak berbarengan, tergantung mana yang dibutuhkan,” beber Nurkholis.
Misalnya saat kecepatan rendah, injeksi bahan bakarnya berlangsung di port.
“Begitu butuh akselerasi lebih, beralih ke direct injection. Kerja kedua sistem injeksinya itu dikontrol ECU (Electronic Control Unit). Umumnya sistem seperti ini ada di kasta premiumnya,” jelasnya lagi. Wihh.. makin canggih ya!
Nah, seiring perkembangan zaman, makin ke sini makin berkembang lagi sitem direction injection-nya.
“Kalau dulu hanya murni direct injection saja, sekarang dikombinasi lagi di turbocharge,” tukas Judy.
Sehingga tidak perlu volume silinder besar untuk dapat tenaga dan torsi besar.
“Makanya mobil-mobil yang pakai teknologi direct injection dengan turbo, umumnya ber-cc lebih kecil,” imbuhnya.
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR