Kategori tersebut berganti nama pada 2014 lalu menjadi Open Entries (kelas terbuka).
Ada juga yang menyebutnya 'kategori dalam kategori'.
Sebab mereka punya kategori sendiri tapi ikut balapan yang sama dengan pabrikan lain di kelas premier.
CRT ini intinya adalah kelas terbuka untuk tim privateer yang bisa mengadaptasi mesin agar setara MotoGP 1000 cc dengan sasis bebas.
Tim dalam kelas CRT bisa membeli mesin dengan harga tertentu, termasuk komponen transmisi dari sebuah pabrikan serta beberapa keuntungan teknis lain.
Misalnya batasan 12 mesin selama satu musim, artinya tim pabrikan dan satelit utama hanya memakai enam mesin.
Bisa dikatakan CRT adalah tim yang memaksimalkan mesin setara Superbike untuk bisa balapan di MotoGP.
Waktu itu Aprilia, Kawasaki dan BMW sempat ikutan memasok mesinnya.
Kemudian ada beberapa peserta CRT yang cukup diingat seperti Suter, FTR, Ioda dan ART.
Aprilia termasuk pabrikan yang diuntungkan dengan adanya CRT sebelum benar-benar menginjakkan kakinya dalam kompetisi prototipe MotoGP.
Enggak heran jika Dorna Sports tetap santai ketika ditinggal Suzuki, karena pesertanya sudah cukup banyak.
"Beda, saat itu kami ingin mereka lanjut karena beberapa alasan dan sekarang aku tidak terlalu memaksakan," ungkap CEO Dorna Sports, Carmelo Ezpeleta dilansir dari Motociclismo.es.
"Sekarang jika ada yang tak mau lanjut aku tak mengalami masalah, karena aku punya banyak orang yang ingin masuk," jelas sang bos.
Ezpeleta mengaku setelah pengumuman Suzuki mundur, ada beberapa pihak menghubunginya untuk menunjukkan keinginannya masuk ke grid kelas premier.
"Tapi kami tak mau menambah angka tim privateer. Kami akan kembali ke 24 pembalap ketika ada tim pabrikan yang serius masuk ke kejuaraan dan mau bertahan hingga 2026," jelas Ezpeleta.
Baca Juga: Tim Suzuki Bubar, LCR Honda Siap Tampung Joan Mir dan Alex Rins Buat MotoGP 2023
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR