Otomotifnet.com - Ada anggapan mengenai pembelian mobil bekas secara kredit merek Korea Selatan yang lebih sulit karena memerlukan DP lebih besar ketimbang merek populer asal Jepang.
Hal ini ternyata diaminkan oleh pedagang mobil bekas, salah satunya Riski Maulana, General Manager Fast Automobile di Bintaro, Tangerang Selatan.
Ia menjelaskan, beberapa perusahaan pembiayaan atau leasing memang mewajibkan konsumen membayar DP yang lebih tinggi untuk pembelian mobkas merek Korea Selatan.
"Iya, misalnya untuk unit dengan tahun yang sama dan harga yang sama, kalau merek Jepang itu DP-nya bisa 10-20 persen, sedangkan kalau merek Korea itu 25-30 persen," kata Riski (24/6/2022).
Riski berpendapat, tingginya DP untuk pembelian kredit mobkas Korea Selatan disebabkan oleh harga jual kembali atau resale value-nya yang rendah.
"Mungkin karena risiko resale value mobil Korea Selatan itu lebih anjlok dibanding mobil Jepang, makanya DP-nya enggak bisa dikasih rendah," jelas Riski.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Aswin Saleh, Deputy Director BCA Finance.
Menurut Aswin, BCA Finance memang memberikan DP yang lebih besar untuk mobkas merek Korea Selatan ketimbang merek Jepang.
"Umumnya seperti itu, kalau di BCA Finance mobkas Korea Selatan DP-nya 30 persen dari harga pasar," ucapnya.
Sedangkan, untuk merek Jepang bisa diboyong dengan DP mulai 10 persen.
Anjloknya resale value mobkas merek Korea Selatan ini memang sudah menjadi rahasia umum di kalangan pedagang.
Menurut Owner showroom mobil bekas Tira Auto, Ivan Pratama, resale value dari mobkas Korea Selatan ini disebabkan oleh peminatnya yang saat ini memang masih sedikit.
Oleh sebab itu showroomnya jarang menjual mobil bekas merek Korea Selatan seperti Hyundai dan KIA.
"Jujur saya sih jarang main mobil Korea Selatan, karena memang marketnya juga kurang, hanya orang-orang tertentu aja," kata Ivan saat dihubungi GridOto.com, Rabu (6/12/2022).
Ia mengaku lebih nyaman menjual mobil asal Jepang seperti Honda yang harga jual kembalinya relatif stabil dan banyak dicari konsumen
"Kalau jual mobil Jepang, misalnya Honda CR-V turbo, itu istilahnya enak tinggal makan dan tinggal tidur. Kalau pegang mobil Korea Selatan kayak Hyundai misalnya, itu lebih berisiko," ujarnya.
Risiko yang dimaksud di sini adalah harga pasaran yang tidak stabil, dan sering turun drastis secara tiba-tiba.
"Jadi istilahnya kalau jual mobil kan harus pikirin nilai investasinya. Contoh beli dengan harga Rp 100 juta, kita jual dengan harga Rp 110 juta. Jangan sampai kita beli Rp 100 juta terus barangnya kelamaan ada di showroom karena susah laku, eh ternyata pasarannya turun jadi tinggal Rp 90 juta," jelasnya.
Baca Juga: Pasar Mobil Jepang Siap-siap, Merek China dan Korea Lagi Gencar Pasarkan Mobil Baru
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR