Otomotifnet.com – Belakangan ini sering kali kita jumpai di media sosial, ada mobil yang mesti turun mesin akibat terjadinya oil sludge.
Oil sludge atau lumpur oli ini memang sangat berbahaya bagi Kesehatan mesin.
Karena ia dapat menyumbat saluran pelumasan, yang berdampak mengganggu proses pelumasan komponen bergerak di dalam mesin.
Akibatnya, mesin jadi mengalami overheat hingga macet. Bahkan tak jarang sampai piston dan stang pistonnya jebol.
Baca Juga: Banyak Kasus Mobil Harus Turun Mesin Cuma Gara-Gara Hal Sepele Ini
Nah, yang jadi pertanyaan adalah apa yang memicu terjadinya oil sludge ini?
“Sludge ini terbentuk akibat oli mengalami oksidasi tinggi,” jelas Sumarno, punggawa Masmun Sukses Motor di Solo, Jawa Tengah.
Oksidasi ini terjadi akibat oli mulai tak kuat menahan suhu panas di dalam mesin.
Nah, kemampuan oli menahan suhu tinggi ini dipengaruhi oleh kandungan additive yang digunakan.
Dengan kata lain, bisa saja seiring pemakaian kendaraan, kemampuan additive di dalam oli tersebut mulai menurun, sehingga lama kelamaan muncul lah sludge ini.
Makanya pria yang pernah jadi trainer mekanik di salah satu pabrikan Jepang ini menyarankan untuk melakukan penggantian oli tepat waktu.
“Tapi kalau mobilnya sering terjebak macet, ada baiknya ganti oli lebih cepat dari anjuran pabrik,” sarannya.
Misalnya anjuran pabrik setiap 10.000 km atau 6 bulan sekali (mana yang dicapai lebih dulu), maka sebaiknya ganti di 7.000 km.
Baca Juga: Mobil Capek Sebaiknya Lakukan Treatment Ini Agar Terhindar Dari Sludge
“Paling aman penggantian oli berdasarkan waktu beroperasinya mesin alias engine hour,” ujar Suwandi, Service Advisor bengkel resmi Suzuki Sejahtera Buana Trada (SBT) di Pulogadung, Jakarta Timur.
“Kalau dari literatur yang pernah saya baca, bagusnya penggantian oli mesin kalau berdasarkan engine hour sekitar 200 jam,” tuturnya.
Nah, mengacu dari situ, ia coba melakukan eksperimen berdasarkan lama beroperasinya mesin.
“Saya pernah pasang hour meter di mesin Suzuki Wagon R. Hasilnya, dengan rute mix jalanan biasa plus tol dari Pulogadung – Serpong, 200 jam mesin beroperasi ditempuh sampai 7.500 km,” tutur Wandi, sapaan akrabnya.
Itu dengan kondisi lalu lintas di jam kerja yang kadang lancar dan kadang macet.
Masih ujarnya, dari situ ia pun memutuskan selalu melakukan penggantian oli pada range jarak tempuh 6.000-7.000 km untuk mobil pribadinya.
“Waktu saya tes sampai 10.000 km, engine hour-nya bisa mencapai 250-an jam,” papar Wandi, sapaan akrabnya.
Dan di 10.000 km itu kata wandi kondisi oli mesin memang masih cukup secara kuantitas.
Baca Juga: Oli Mesin Tadinya 5W-30, Karena Mobil Sudah Lama Pakai Boleh Ganti 10W-30?
“Tapi secara kualitas sudah menurun walaupun gak banyak. Performa mesin juga terasa mulai menurun di 7.500 km ke atas,” akunya.
Kemungkinan lain cepat munculnya sludge, “Bisa saja si pemilik mobil salah memilih oli mesin,” tukas Sumarno.
Salah di sini maksud Sumarno adalah oli yang digunakan bisa saja oli palsu.
Sebab dari dulu memang banyak beredar oli yang kemasannya terlihat seperti asli dari brand ternama, namun isinya adalah oli hasil daur ulang.
“Intinya kalau nemu ada yang jual oli branded tapi harganya miring, patut dicurigai,” wantinya.
Paling aman kata pria yang pernah jadi trainer mekanik di salah satu pabrikan Jepang ini, beli olinya di bengkel resmi, atau di toko oli terpercaya.
Misalnya untuk toko offline kayak Toda, Oli Mart, Shop n Drive dan sebagainya.
Sedangkan di gerai online sebaiknya cari official store dari brand yang hendak dibeli, atau perwakilan dari toko oli terpercaya tadi.
Tuh sob, jadi bila ingin terhindar dari oil sludge, jangan sampai telat ganti oli ya, dan jangan pula tergiur harga miring ketika beli oli.
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR