"Tanah kas desa kami sekitar 2 hektar (yang terdampak). Itu tanah bengkok milik perangkat desa," terang Sukiyanto.
"Regulasi seperti apa kami belum tahu. Nanti baru akan dirapatkan di (Pemerintah) Kabupaten, Jumat," kata Sukiyanto.
Lahan yang terdampak sebagian besar berupa persawahan.
Hanya tiga rumah warga yang terdampak. Nilai UGR mencapai Rp 800.000-Rp 1,4 juta per meter.
"Harga per meter di sini harga Rp 800.000-Rp 1,4 juta, karena di sini berbatasan dengan Yogya," bebernya.
"Alhamdulillah di wilayah Bligo di antara harga segitu kami sudah menerima," tuturnya.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Jalan Tol Bawen-Jogja Kementerian PUPR, Muhammad Mustanir menambahkan, untuk wilayah Desa Bligo, Ngluwar, Magelang merupakan bagian selatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sleman, DIY.
Desa lainnya yang juga terdampak antara lain Desa Pakunden, Ngluwar, Plosogede.
"Ketiga tersebut sudah diajukan, tapi belum mendapatkan persetujuan (LMAN)," urainya.
"Selanjutnya, pasti kita akan melakukan pembayaran di desa-desa tersebut di tahun 2023," tambah Mustanir.
Salah satu warga, Sudjijo mengungkapkan, menerima UGR sebesar Rp 11,3 juta.
Tanah miliknya yang terdampak berupa pematang sawah seluas 13 meter.
Dia mengaku tidak merasa dirugikan denga UGR ini.
Masih ada sisa tanah sekitar 417 meter persegi yang bisa ditanami padi.
"Tanah saya yang terdampak hanya galengan (pematang) sawah, jadi nggak ada yang dirugikan," jelasnya.
"Cuma tanah galengan (tabungan) saja," ungkap Sudjijo.
Sudjijo yang saat ini tinggal di Cempaka Barat, Jakarta itu memperkirakan, nilai UGR yang diterimanya paling kecil di antara penerima lainnya di Desa Bligo.
"(Paling kecil) Mungkin. Itu pas tikungan, jadi ra bakat dadi miliarder (tidak berbakat jadi miliarder)," ujar Sudjijo sambil tertawa.
Baca Juga: Buruh Pabrik Jadi Miliarder Dadakan, Terima Rp 2,6 Miliar Dari Tol Jogja-Bawen
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR