Apalagi tampilan meter cluster-nya sangat sederhana sekali, tak ada indikator rpm alias takometer.
Sehingga awal-awal kami agak kagok untuk menentukan waktu yang tepat buat pindah gigi.
Tapi adanya suara “bib” yang sepertinya limiter untuk menandakan waktunya untuk pindah gigi, membuat kami lama-lama terbiasa.
Lalu soal akselerasi, karena saat jajal mobil ini isi kabin berisi 4 penumpang dewasa yang bobotnya lumayan gede-gede, jadinya tarikan mobil terasa agak kurang ‘nampol’.
Baca Juga: Citroen My Ami Buggy Batal Langka, Ludes Dalam 17 Menit, Bakal Diproduksi Lagi
Gigi 1 ke 2 kami rasakan rasionya cukup enteng alias pendek.
Tapi begitu dari gigi 2 ke 3 bahkan naik ke 4, napasnya terasa lebih panjang.
Tapi dari 4 ke gigi 5 rasanya kayak over drive alias cuma memperhalus saja.
Soal handling, respon dan putaran setirnya menurut kami masih pada kriteria aman, enteng dan cukup akurat.
Tapi bantingan suspensinya kami rasakan terlalu empuk nih.
Dampak positifnya sih memang nyaman ketika diajak melibas speed trap maupun jalan keriting yang kami temui di jalanan BSD.
Tapi jika kecepatan tidak telalu kencang, bagian belakang seperti terasa agak ngebuang dikit, apalagi saat menikung.
Satu lagi yang agak mengganjal di hati kami, yakni untuk penyetelan spion masih manual pakai stick dari dalam kabin, mirip Suzuki S-Presso, hehehe..
Tapi meski begitu, ia sudah dilekapi fitur leveling headlamp loh.
Meski pengaturannya masih mekanikal mengguakan knob putar yang di bawah dasbor sebelah kanan setir.
Bagaimana menurut Anda?
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR