"Namanya pak Allan pertama jualan ban dan pelek di posting di Facebook. Warga lainnya mengikuti semua. Akhirnya warga lainnya yang jualan ban di luar ikutan jualan di sini," ungkapnya.
Kampung Banpres lambat laun menjadi pusat penjualan ban dan pelek bekas di wilayah Semarang Timur.
Ketika mengunjungi kampung tersebut sekarang sudah ada sekira 25 lapak yang tersebar di empat RT meliputi RT 1, 2, 3 dan 4 di RW 2, Tlogomulyo, Pedurungan.
"Terbentuknya pusat kampung ban dan pelek lima tahun terakhir," katanya.
Kampung Banpres cepat berkembang menjadi pusat penjualan ban dan pelek bekas lantaran para warganya sudah puluhan tahun bergelut di bidang ban bekas.
Menurut Nur, hampir warga satu kampung bisa ikut berjualan ban dan pelek lantaran ada cerita sukses (success story) sehingga warga lainnya mengikutinya.
"Saya terhitung orang terakhir di kampung ini mengikuti jualan ban dan pelek. Semangatnya melihat tetangga sukses tentu berpikir yang lain bisa kenapa kita tidak," katanya.
Ia pun mengaku, mulanya bekerja sebagai sopir taksi kemudian memberanikan diri berjualan ban dan pelek dalam waktu tiga tahun terakhir.
Bermodal awal hanya Rp 700 ribu, ia kini bisa menjadi bos di lapaknya.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR