Otomotifnet.com - Harga mobil listrik makin terjangkau, tapi dirasa masih tetap mahal dan bikin rekening jebol.
Apa perlu digenjot lagi dukungan fiskal dari Pemerintah berupa insentif perpajakan, yang bisa cukup signifikan menyunat harga jual mobil listrik.
Lalu muncul pertanyaan di benak konsumen sebelum beli mobil listrik.
Kok masih mahal? Apakah harga mobil listrik yang beredar saat ini sudah cukup rasional?
Apalagi kalau disandingkan dengan harga mobil konvensional bermesin pembakaran dalam alias Internal Combustion Engine (ICE).
Berdasarkan itu, apakah mobil listrik layak dibeli?
Sebagai catatan, harga jual mobil yang cukup laris saat ini berada di angka Rp 200-300 jutaan.
Kalau dilihat, harga tersebut juga lumrah berlaku pada mobil bermesin bakar.
Artinya, kalau mobil listrik bisa dipasarkan di harga maksimal Rp 300 jutaan maka cukup rasional.
Nah lebih rasional lagi di kantong, kalau banderol mobil listrik bisa di bawah Rp 300 juta.
Saat ini memang sudah cukup banyak pilihan mobil listrik yang dijual di bawah Rp 300 juta.
Namun harus diakui kelasnya masih city car atau compact car, serta jarak tempuhnya masih relatif terbatas.
Padahal di tanah air, mobil paling diminati adalah kategori 7 penumpang.
Walau begitu, mobil listrik kompak dengan banderol Rp 300 jutaan saat ini cukup laris dipesan.
"Pasar yang paling diminati itu 7 seater dengan rentang harga Rp 300 jutaan,”
“Jadi kalau mau membidik pasar lebih banyak, maka jual mobil listrik di harga segitu dengan fungsi yang mirip," bilang Dr. Ir. Riyanto MSi, Peneliti Senior sekaligus Pengamat otomotif dari LPEM FEB UI.
Baca Juga: Bos Hyundai Ditodong, Kapan Bikin Mobil Listrik Murah? Ini Jawabnya
Bahkan jika merujuk survei Deloitte pada 2023, soal hubungan antara harga dengan penjualan mobill, menunjukkan pangsa pasar mobil low segment Indonesia didominasi harga di bawah USD 30.000.
Atau kalau dikonversi ke Rupiah, maka harga mobil paling laris di tanah air berada di bawah Rp 437 juta (kurs Rp 14.580).
"Survei dari Deloitte, masyarakat kita masih menimbang harga mobil listrik,”
“Jadi masyarakat kita kalau ditanya mengapa pilih EV, itu pasti jawabannya bukan karena pencinta lingkungan. Tapi faktor-faktor lain yang berkaitan dengan biaya," imbuh Riyanto.
Saat ini sudah banyak pilihan mobil listrik berbasis baterai yang bermain di bawah harga Rp 437 juta.
Sebut saja ada Wuling Air EV, DFSK Seres E1, Neta V, MG 4EV, Wuling BinguoEV, Citroen E-C3, dan MG ZS EV.
Ke depan diprediksi bakal makin banyak mobil listrik di bawah rentang harga tersebut, bahkan bukan tak mungkin makin banyak pilihan mobil listrik di bawah Rp 300 juta.
Terlebih makin banyak pendatang baru, di antaranya BYD dan VinFast yang tengah bersiap masuk lebih dalam ke lantai bursa mobil listrik tanah air.
Baca Juga: Enggak Cuma Jualan Mobil Listrik, BYD Bakal Bangun Pabrik Investasi Rp 20,3 Triliun
Mereka dijanjikan akan mendapat fasilitas insentif fiskal dari Pemerintah, dengan syarat investasi pabrik di Indonesia.
Insentif tersebut diharapkan dapat mereduksi harga jual.
Adapun menurut survei LPEM FEB UI 2022, Riyanto menyebut keinginan masyarakat untuk membeli mobil listrik sebetulnya cukup tinggi.
"30 persen dari 100 orang di Indonesia berniat membeli mobil listrik, ini data yang sebenarnya menarik. Mereka mau, tapi apakah mampu?" ungkapnya lagi.
Oleh karenanya, semakin terjangkau harga mobil listrik, tentu menciptakan pangsa pasar yang besar.
Selain karena swasembada baterai yang jadi komponen vital dalam mereduksi harga mobil listrik.
Tentu dukungan Pemerintah berupa insentif perpajakan cukup signifikan menyunat harga.
Tanpa insentif apapun, harga jual mobil listrik masih relatif mahal. Ujung-ujungnya pembelinya pun mikir-mikir, dan akhirnya penjualan lesu.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR