“Jadi masyarakat kita kalau ditanya mengapa pilih EV, itu pasti jawabannya bukan karena pencinta lingkungan. Tapi faktor-faktor lain yang berkaitan dengan biaya," imbuh Riyanto.
Saat ini sudah banyak pilihan mobil listrik berbasis baterai yang bermain di bawah harga Rp 437 juta.
Sebut saja ada Wuling Air EV, DFSK Seres E1, Neta V, MG 4EV, Wuling BinguoEV, Citroen E-C3, dan MG ZS EV.
Ke depan diprediksi bakal makin banyak mobil listrik di bawah rentang harga tersebut, bahkan bukan tak mungkin makin banyak pilihan mobil listrik di bawah Rp 300 juta.
Terlebih makin banyak pendatang baru, di antaranya BYD dan VinFast yang tengah bersiap masuk lebih dalam ke lantai bursa mobil listrik tanah air.
Baca Juga: Enggak Cuma Jualan Mobil Listrik, BYD Bakal Bangun Pabrik Investasi Rp 20,3 Triliun
Mereka dijanjikan akan mendapat fasilitas insentif fiskal dari Pemerintah, dengan syarat investasi pabrik di Indonesia.
Insentif tersebut diharapkan dapat mereduksi harga jual.
Adapun menurut survei LPEM FEB UI 2022, Riyanto menyebut keinginan masyarakat untuk membeli mobil listrik sebetulnya cukup tinggi.
"30 persen dari 100 orang di Indonesia berniat membeli mobil listrik, ini data yang sebenarnya menarik. Mereka mau, tapi apakah mampu?" ungkapnya lagi.
Oleh karenanya, semakin terjangkau harga mobil listrik, tentu menciptakan pangsa pasar yang besar.
Selain karena swasembada baterai yang jadi komponen vital dalam mereduksi harga mobil listrik.
Tentu dukungan Pemerintah berupa insentif perpajakan cukup signifikan menyunat harga.
Tanpa insentif apapun, harga jual mobil listrik masih relatif mahal. Ujung-ujungnya pembelinya pun mikir-mikir, dan akhirnya penjualan lesu.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR