"Sebagai produk Inggris, Triumph memiliki selera konservatif pada pilihan mesin. Dan kami mempertahankan mesin dua dan tiga silinder paralel yang sudah ada sejak lama," buka Yudi Yulianto, After Sales and Technical Manager PT Triumph Motorcycle Indonesia (TMI) di dealer Triumph Kemang, Jakarta pada Kamis (21/8).
Menurutnya, sejarah pengembangan mesin-mesin Triumph tersebut terbilang panjang. Pada model dua silinder sudah dikembangkan sejak 1937.
"Mesin tersebut dipakai pada tipe klasik dan cruiser, karena memiliki torsi besar tapi tetap enak dikendarai santai, bukan buat kebut-kebutan," ujarnya.
Sementara mesin 3-silinder segaris Triumph dikembangkan mulai 1969 dan langsung diusung sebagai mesin balap. Yang menawarkan keunggulan pada torsi yang besar di putaran rendah, tapi tetap mudah dikendalikan.
"Mesin ini dikembangkan untuk penggemar kecepatan. Dan saat ini dipakai oleh varian supersport Daytona, Tiger, Speed Triple hingga motor bermesin paling besar saat ini, Triumph Rocket 3 dengan volume 2.300cc," pungkas Yudi.
Sebagai catatan, Triumph sendiri sempat mengembangkan mesin 4-silinder di model TT600 pada 1997. Namun kurang sukses dipasaran, karena dirasa kurang responsif ketimbang pesaingnya.
Dan di Tanah Air, TMI baru akan meluncur 17 September nanti dengan kisaran harga Rp 305-575 juta off the road. (motor.otomotifnet.com)