Membuktikan Efek Euro3 Terhadap Performa, Kering Bikin Loyo

Dimas Pradopo - Senin, 1 September 2014 | 14:40 WIB

Membuktikan Efek Euro3 Terhadap Performa, Kering Bikin Loyo (Dimas Pradopo - )

OTO-Teguh, Harryt , Salim
Membuktikan Efek Euro3 Terhadap Performa, Kering Bikin Loyo
 
“Ingat emisinya standar Euro3, pembakaran diset sangat lean, jadi performa enggak akan naik banyak,”

Jakarta - Menarik melihat hasil komparasi knalpot akhir-akhir ini, misal di Yamaha YZF-R15 yang sudah kami ulas beberapa waktu yang lalu , kenaikan tenaga sangat kecil, hanya kisaran 0,1-0,3 dk. Kalau pengukuran cuma main feeling tanpa alat bisa dibilang tak ada perubahan tuh.

Padahal merek yang diikutkan pun terbilang sudah malang-melintang lama di kancah pelepas gas buang, seperti CLD dan WRX. Jadi bisa dibilang bukan salah knalpotnya, karena hasilnya pun mirip-mirip. Lalu kenapa? Karena yang sudah-sudah, pada motor sport minimal terjadi kenaikan performa sampai 1 dk.

OTO-Teguh, Harryt , Salim
Membuktikan Efek Euro3 Terhadap Performa, Kering Bikin Loyo

Ganti knalpot kenaikan performa sangat sedikit


“Ingat emisinya standar Euro3, pembakaran diset sangat lean, jadi performa enggak akan naik banyak,” terang M. Abidin, GM Service & Motorsport Division PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing.

Masih menurut pria yang akrab disapa Abidin ini, beda dengan motor-motor sebelumnya yang menerapkan standar Euro2, seting AFR (air to fuel ratio) sedikit lebih rich sehingga kenaikan performa lebih banyak.

Untuk membuktikannya, OTOMOTIF coba melihat hasil pengukuran AFR saat komparasi knalpot R15, yang dilakukan di bengkel Sportisi Motorsport. Ternyata memang benar, di rentang rpm bawah sampai menengah di kisaran 7.000 rpm, terbaca kalau AFR sangat kering, di atas 14:1 bahkan ada yang hampir 16:1. Efeknya yang bisa dirasakan di jalan tentu saja tarikan terasa berat.

Namun di putaran tengah ke atas sudah di kisaran 13-12:1. Sebagai informasi angka stoikiometri atau keseimbangan adalah 14,7:1. “Tapi kalau untuk mengejar performa, AFR mesti diset di kisaran 13:1, bahkan kalau untuk balap agar daya tahan bagus di kisaran 12,5:1,” terang Brahmantio Prayogo, bos Sportisi. Tapi campuran semakin kaya efeknya gas buang semakin kotor, karena jumlah bensin yang terbuang juga lebih banyak.

OTO-Teguh, Harryt , Salim
Membuktikan Efek Euro3 Terhadap Performa, Kering Bikin Loyo

Untuk mengoptimalkan performa, minimal tambah piggyback

Lalu bagaimana cara mengeset AFR agar bisa di kisaran 13:1? Tentu saja pasokan bensin mesti ditambah atau dikurangi. Karena ECU bawaan motor tak bisa diutak-atik, maka mesti ditambah piggyback untuk menipu sinyal yang dari sensor, sehingga jumlah bensin bisa diatur ulang. Sehingga efeknya di semua putaran mesin performa bisa optimal.

Piggyback di pasaran kini cukup banyak, misal ada Power Commander, Speedspark, Bazzaz dan lainnya. Harga kisaran Rp 1-4,5 juta.

OTO-Teguh, Harryt , Salim
Membuktikan Efek Euro3 Terhadap Performa, Kering Bikin Loyo

AFR R25 (garis yang bawah), terbilang sudah cukup bagus



OTO-Teguh, Harryt , Salim
Membuktikan Efek Euro3 Terhadap Performa, Kering Bikin Loyo

Tuh AFR R15, kering banget kan dari bawah ke tengah

Performa Optimal
Tak hanya karena penerapan standar Euro3 yang berimplikasi pada sedikitnya kenaikan performa kala ganti knalpot, ternyata faktor teknis pun berpengaruh. Contoh pada YZF-R25, kenaikan performa pun hanya kisaran 0,5-1 dk. Lantaran jika dilihat AFR-nya paling kering di kisaran 14,4:1.

Menurut analisa Bram, sapaan Brahmantio, kalau di R25 lebih dikarenakan sudah optimalnya performa kendati masih pakai knalpot standar. “Jadi efisiensi volumetriknya memang sudah bagus dan diset maksimal di rpm tinggi, seperti desain ruang bakar, katup sampai hitungan kemnya,” tutupnya. (motor.otomotifnet.com)