Helm Anti Drowsing System Karya Mahasiswa, Anti Ngantuk!

Dimas Pradopo - Jumat, 26 September 2014 | 12:08 WIB

(Dimas Pradopo - )



Jakarta - Helm dengan visor pelindung sinar matahari atau berpendingin gel, bisa jadi udah biasa. Tapi kalo ada helm anti ngantuk, baru oke! Yup, helm anti-ngantuk atau disebut Androsys alias Anti Drowsing System karya mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) sebagai bahan tugas akhir. Woww.. saluttt...

Adalah Ricky Nathaniel Joevan (22) dan Kristiawan Manik (21) dari jurusan Teknik Manufaktur yang berhasil menciptakan helm Androsys ini. “Awalnya kami mendapat bagian untuk tugas akhir dengan tema safety. Kami pun pilih seputar safety berkendara motor. Dan hasil risetnya ternyata di tahun 2013 lalu itu saat lebaran ada 3.600 kecelakaan bermotor yang diakibatkan karena mengantuk,” jelas Ricky.

Helm anti ngantuk ini bukan helm yang dibuat utuh sebagai anti ngantuk, tapi helm yang dipasangi alat Androsys yang akan bergetar apabila pengendara motor mulai mengantuk dengan menggunakan denyut nadi sebagai indikatornya.



Alat Androsys ini sendiri mempunyai 3 komponen penting, yaitu input berbentuk alat sensor denyut nadi, processor dan output berbentuk vibrator. “Ketiga alat ini dipasang di dalam helm. Bisa yang half face atau full face. Pemasangannya sedikit mencoak gabus helm,” terang Kristiawan yang pengerjaannya dibantu Sunardi Tjandra, S.T., M.T sebagai dosen pembimbing.

Cara kerjanya adalah alat sensor nadi yang dipasang di leher dengan menjepitkan di tali helm tersebut akan mengirimkan sinyal denyut nadi leher ke processor. Lalu sinyal tersebut diolah lalu dikirim ke vibrator untuk membuat getaran. Sensor nadi tersebut akan bekerja apabila detak denyut nadi berada di bawah angka 80 denyut per menit.

“Manusia normal yang tidak mengantuk punya denyut nadi di atas 80 denyut per menit. Di bawah itu berarti mulai mengantuk. Saat itulah alat ini mulai bekerja,” papar Ricky.

Getaran akan terjadi dengan interval tiap 30 detik dengan durasi tiap getaran 2 detik. Apabila denyut nadi sudah kembali di atas angka 80 denyut per menit, secara otomatis getaran akan berhenti. Androsys ini menggunakan baterai rechargeable 12 volt, 5 Ampere. Jika kondisi baterai penuh bisa digunakan selama 1 minggu dengan sekali penggunaan 2-4 jam per hari.

“Makanya alat ini hanya punya berat tidak lebih dari 200 gram,” imbuh Ricky yang hasil kerjanya ini didanai Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi sebesar Rp 9,5 juta.



Karena alat ini masih tahap uji coba, masih banyak yang harus disempurnakan. Terutama soal pengaplikasiannya di helm agar tetap nyaman dan aman saat dipakai. Ricky dan Kristiawan juga telah mematenkan hasil temuannya ini. Jika memungkinkan ke depannya mereka akan bekerja sama dengan salah satu produsen helm untuk memasarkan Androsys.

“Helm Androsys ini juga bukan serta merta sebagai alat yang menghilangkan kantuk saat berkendara. Tapi lebih kepada mengingatkan pengendara motor dengan getaran di helm apabila sudah terasa mengantuk harus segera menepi dan istirahat,” ujar Kristiawan.

Indonesia juga harus berbangga karena hasil karya dua mahasiswa ini telah mendapat medali emas di ajang lomba International Invention Innovation Design di Johor, Malaysia 20 Agustus 2014 lalu.

Selamat dan ditunggu inovasi selanjutnya. (motor.otomotifnet.com)