Banyak anggapan kalau kampas asbestos dan non asbestos kadang bikin blong rem ketika dipakai balap. Benar enggak ya? Nah, kudu cari tahu lebih!
“Sebenarnya, kalau bahan asbestos dan non asbestos itu hanya berpengaruh empuk atau tidaknya rem,” kata Basuki Suseno, pengamat otomotif yang pernah bekerja di salah satu produsen pelek dan kini bekerja di bidang chemical oil.
Menurut Basuki, memang kampas berbahan asbestos punya material lebih empuk ketimbang non asbestos. Tetapi, bukan berarti non asbestos itu tidak lebih pakem dari asbestos, lho.
“Seharusnya teknologi non asbestos itu lebih tinggi dari asebestos. Banyak ragam spesifikasi yang dimiliki non asbestos,” ujar Basuki lagi.
Senada pendapat Basuki, Endro Sutarno juga berkata kalau pakem atau tidaknya rem bukan dipengaruhi material. “Malah, kampas berbahan asbestos lebih cepat habis karena empuk,” aku Endro yang bekerja di Technical Training Development PT Astra Honda Motor (AHM).
Pakem atau tidaknya itu, seolah menjadi kebiasaan bagi pemakai. Artinya mereka yang dulu terbiasa dengan asbestos menganggap lebih pakem. Sementara yang non asbestos tidak.
"Kampas non asbestos, selain lebih awet daya pakainya juga miliki keunggulan yang lebih ramah lingkungan. Ini sudah diaplikasi di motor dan mobil sekarang,” beber Endro lagi.
Baik menurut Endro dan Basuki, rem blong ketika balap bisa disebabkan berbagai hal. Misalnya dari spesifikasi minyak rem yang tidak sesuai anjuran pemakaian. Contohnya jika master rem butuh spesifikasi DOT 3, malah dikasih yang di bawah itu.
"Selain itu, dari panasnya permukaan cakram juga bisa menyebabkan faktor rem tidak pakem,” tambah Endro yang ramah. Karena dipakai balap dan sering kalinya pengereman, maka permukaan cakram jadi lebih panas dari kondisi pemakaian normal.
Panasnya cakram akan merambat ke minyak rem dan menimbulkan semacam gelembung udara. “Kondisi seperti ini akan menyebabkan terjadinya udara palsu. Sehingga ketika tarik tuas rem, seakan blong,” tambahnya.
Kondisi atau permukaan cakram yang termakan juga bisa jadi faktor penyebab. “Banyak faktor lainnya juga. Seperti halnya tekanan piston di kaliper atau master yang tidak sempurna,” tutup Basuki. Bukan kampas ya! (motorplus-online.com)