Ban bekas. Murah dan berkualitas
Komponen racing tak hanya diburu ketika masih baru. Bahkan saat sudah bekas pun masih menjadi rebutan. Contohnya ban bekas balap. Baik itu road race, grasstrack maupun motocross. Saking tingginya permintaan, sampai-sampai suplai ban balap bekas ini masih kurang. Maklum, ban bekas balap menjadi primadona karena harganya separuh dari harga baru, tapi kondisi masih 90 persen baru.
Misalnya di road race. Harga ban balap baru seperti IRC maupun FDR di atas Rp 350 ribu. Sedangkan di pasaran bekas cuma dibanderol Rp 175 ribu.
Itu kalau membeli satuan. Coba kalau beli borongan di atas 30 ban, harganya bisa lebih miring. Bisa-bisa satu ban cuma dihargai Rp 100 sampai Rp 125 ribu.
Sangat murah dan terjangkau. Terlebih jika melihat kualitasnya. “Ban balap pasti mempunyai kompon yang lebih bagus daripada kompon ban harian. Tentunya juga melalui riset yang lebih mendalam. Itu yang bikin mengapa ban balap lebih mahal,” ujar Dodiyanto, Divisi Marketing PT Gajah Tunggal Tbk..
Apalagi kondisi karet bundar bekas balap itu masih kinyis-kinyis. Setiap ban eks balap, hanya menyentuh aspal sejauh 30 km. Setelah itu, ban tidak lagi dipakai oleh pembalap. Khususnya tim-tim besar yang berlaga di ajang IndoPrix. Ibarat motor bekas, masih kilometer rendah.
Kok bisa? Di balap, ban termasuk komponen fast moving. “Dalam satu seri IndoPrix (IP) saja, satu motor bisa menghabiskan 14 ban. Untuk kualifikasi 2 ban, seting motor dari Rabu sampai Jumat 6 ban. Saat latihan resmi 2 ban. Balapan di race 1 dan race 2 memakai 4 ban,” tegas Rudi Hadinata, pemilik tim Yamaha Yamalube FDR KYT Trijaya.
“Sekali balapan IP, rata-rata menempuh 30 putaran di sirkuit kecil seperti Sentul kecil atau Kenjeran, Surabaya. Jarak sirkuit ini hanya 900 meter. Jadi untuk 30 lap, tak sampai 30 km,” kata Ahmad Jayadi, pemilik tim Honda Daya Denso Castrol Showa NHK Racing Team.
Itulah makanya ban pun masih terlihat istimewa. "Untuk dipakai balapan lagi, terlalu berisiko. Tapi kalau untuk harian, masih bagus, karena yang habis cuma pinggirannya. Kan balapan lebih sering menikung. Sedangkan groove atau kembangan bagian tengah masih bagus dan tahan lama," tambah Aldhila Eka Dharma, pembalap tim Honda Daya Denso Castrol Showa NHK Racing Team.
Lalu siapakah pasar dari ban bekas balap ini? “Rata-rata diambil pembalap-pemula privater. Maklum mereka belum ditunjang sponsor besar. Jadi ban pun memakai ban bekas tapi masih layak pakai. Selain itu, ban ini juga diburu oleh rekan klub motor,” tegas Koh Yonk, pemilik Yamaha Yamalube TDR FDR NHK.
Hal ini, tak hanya berlaku di road race. "Di grasstrack maupun motocross juga begitcu. Ban bekas selalu diburu," tutup Fachmi Muhamad, pemilik tim MPS.
Peluang usaha baru nih! (motorplus-online.com)
Misalnya di road race. Harga ban balap baru seperti IRC maupun FDR di atas Rp 350 ribu. Sedangkan di pasaran bekas cuma dibanderol Rp 175 ribu.
Itu kalau membeli satuan. Coba kalau beli borongan di atas 30 ban, harganya bisa lebih miring. Bisa-bisa satu ban cuma dihargai Rp 100 sampai Rp 125 ribu.
Sangat murah dan terjangkau. Terlebih jika melihat kualitasnya. “Ban balap pasti mempunyai kompon yang lebih bagus daripada kompon ban harian. Tentunya juga melalui riset yang lebih mendalam. Itu yang bikin mengapa ban balap lebih mahal,” ujar Dodiyanto, Divisi Marketing PT Gajah Tunggal Tbk..
Apalagi kondisi karet bundar bekas balap itu masih kinyis-kinyis. Setiap ban eks balap, hanya menyentuh aspal sejauh 30 km. Setelah itu, ban tidak lagi dipakai oleh pembalap. Khususnya tim-tim besar yang berlaga di ajang IndoPrix. Ibarat motor bekas, masih kilometer rendah.
Kok bisa? Di balap, ban termasuk komponen fast moving. “Dalam satu seri IndoPrix (IP) saja, satu motor bisa menghabiskan 14 ban. Untuk kualifikasi 2 ban, seting motor dari Rabu sampai Jumat 6 ban. Saat latihan resmi 2 ban. Balapan di race 1 dan race 2 memakai 4 ban,” tegas Rudi Hadinata, pemilik tim Yamaha Yamalube FDR KYT Trijaya.
“Sekali balapan IP, rata-rata menempuh 30 putaran di sirkuit kecil seperti Sentul kecil atau Kenjeran, Surabaya. Jarak sirkuit ini hanya 900 meter. Jadi untuk 30 lap, tak sampai 30 km,” kata Ahmad Jayadi, pemilik tim Honda Daya Denso Castrol Showa NHK Racing Team.
Itulah makanya ban pun masih terlihat istimewa. "Untuk dipakai balapan lagi, terlalu berisiko. Tapi kalau untuk harian, masih bagus, karena yang habis cuma pinggirannya. Kan balapan lebih sering menikung. Sedangkan groove atau kembangan bagian tengah masih bagus dan tahan lama," tambah Aldhila Eka Dharma, pembalap tim Honda Daya Denso Castrol Showa NHK Racing Team.
Lalu siapakah pasar dari ban bekas balap ini? “Rata-rata diambil pembalap-pemula privater. Maklum mereka belum ditunjang sponsor besar. Jadi ban pun memakai ban bekas tapi masih layak pakai. Selain itu, ban ini juga diburu oleh rekan klub motor,” tegas Koh Yonk, pemilik Yamaha Yamalube TDR FDR NHK.
Hal ini, tak hanya berlaku di road race. "Di grasstrack maupun motocross juga begitcu. Ban bekas selalu diburu," tutup Fachmi Muhamad, pemilik tim MPS.
Peluang usaha baru nih! (motorplus-online.com)