Motor Dengan Rasio Kompresi Ini Cocok Minum Bensin Pertalite

Dimas Pradopo - Selasa, 19 Mei 2015 | 13:02 WIB

(Dimas Pradopo - )

Jakarta - Seperti kita tahu, bensin Pertalite yang akan segera dirilis PT Pertamina Persero nilai oktannya ada di angka 90, di bawah Pertamax (92) dan di atas Premium (88). Lalu motor seperti apa yang cocok dengan bahan bakar seperti ini?

Dijelaskan oleh ahli Sistem Pembangkit Daya-Perawatan Mesin dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Ir. Tri Yuswidjajanto yang membantu pengetesan Pertalite, RON 90 cocok untuk mesin dengan kompresi antara 9 sampai 10 banding 1. Sedang diatas itu, 10 sampai 11 sebaiknya sudah pakai RON 92. 

"Di Indonesia sendiri, rentang kompresi mesin sepeda motor ada  pada 7 sampai 11,5," jelasnya. Meski begitu, pria ramah ini menegaskan jika kendaraan dengan mesin berkompresi 9 sampai 10 banding 1, populasinya paling banyak di Indonesia.

"Itu sebabnya akan banyak sekali konsumen yang kendaraannya cocok dengan spesifikasi bensin Pertalite," tuturnya.

Oktan menjadi penting karena makin tinggi oktan maka bensin tidak mudah terbakar sebelum waktunya. Kompresi tinggi dan suhu tinggi bisa membuat bensin terbakar lebih dulu sebelum dipantik busi. Efeknya, tenaga loyo dan boros BBM.

Sedang harga pun ada di bawah Pertamax yang dijual Rp 8.800, tapi lebih mahal dari Premium Rp 7.300. Rencananya, Pertalite akan dibanderol dengan estimasi harga Rp 8.000-an.

Dalam Focus Group Discussion (FGD) BBM jenis baru bernama Pertalite dengan RON 90 (11/5) lalu, dijelaskan bahwa PT Pertamina Persero sebenarnya telah siap meluncurkan Pertalite pada awal Mei. Namun akhirnya urung dilakukan. Kenapa?

Hal ini ditegaskan oleh Ahmad Bambang, selaku Direktur Pemasaran PT Pertamina Persero. “Tanggal 4 Mei kemarin kita sudah siap. 29 SPBU Pertamina sudah siap melakukan sosialisasi Pertalite, namun kita menunda untuk membahasnya terlebih dahulu,” tegasnya.

Perkara teknis bukanlah masalah, penundaan ini hanya bersifat eksternal. Sebab momen peluncuran Pertalite dikeruhkan oleh unsur politis. Padahal Pertalite bukan tergolong BBM yang disubsidi, sehingga keputusan peluncurannya murni aspek bisnis Pertamina.

“Pertalite bukan BBM kategori PSO (Public Service Obligation) atau subsidi, jadi sebetulnya tak perlu menunggu persetujuan Pemerintah dan DPR. Namun kami pikir, masih perlu membahasnya agar lebih jelas dan tidak menimbulkan polemik,” lanjutnya lagi. (otomotifnet.com)