Jakarta – Pekan ini Otomotifnet.com berkesempatan mengusji SUV anyar VW Tiguan di Jakarta. Berbeda dengan test drive biasa yang dilakukan dengan menempuh perjalanan ‘mulus’. Pada sesi test di kawasan Ancol, Jakarta Utara jelas terlihat jika VW Indonesia ingin membuktikan kemampuan Tiguan di jalan mulus dan semi offroad sekaligus.
Langsung menuju mobilnya, impresi pertama saat melihat desain eksteriornya ada kesan minimalis khas keluarga VW. Tak ada sudut lancip dan desain agresif yang tampil dari mobil yang namanya diambil dari gabungan Tiger dan Iguana ini.
Namun, kesan kokoh dari kakaknya Touareg turut terlihat pada Tiguan. Tengok saja bagian headlamp dengan sistem DRL dan LED nya. Begitu pula dengan bentuk gril besar yang berpadu bumper. Kesan minimalis terus menjalar pada garis bodi dan buritan Tiguan.
Masuk ke dalam, tampilan minimalis di luar tak bersisa di kabin. Sebagai gantinya terdapat desain modern nan fungsional. Tengok saja bagian center cluster yang padat dengan tombol AC, headunit double din dan kisi AC nya. Begitu pula dengan bagian setir yang penuh dengan tombol multifungsi.
Mesin mulai menyala. Kondisi kabin sangat senyap dan minim getaran. Seperti dijelaskan sebelumnya (klik di sini) , meski memakai mesin 1.4 liter TSI, namun aplikasi twincharger (supercharger dan turbocharger) membuat tenaga Tiguan selalu terisi. Otomotifnet.com merasakan tarikan awal yang cukup baik, bahkan bisa diadu dengan pesaingnya yang bermesin 2.0 liter keatas.
Desain trek yang berkelok-kelok khas slalom cocok untuk menguji kehandalan suspensi dan kelincahannya. Dan terbukti, Tiguan sanggup mengatasi deretan kun yang terpasang dilintasan aspal berkerikil. Menikung dikecepatan tinggi mobil tetap stabil berkat fitur ESP dan sokongan suspensi yang diklaim telah diadjust ulang untuk kondisi jalan Indonesia.
Sayangnya, besaran tenaga berdampak pada gejala understeer yang sering terjadi kala berbelok dikecepatan tinggi. Hal ini dipengaruhi sistem penggeraknya yang masih mengaplikasi sistem gerak roda depan.
Selanjutnya ada rintangan rem tanjakan. Dengan sistem electric parking brake, tak ada gejala mundur saat mobil berhenti ditanjakan curam sekalipun.
Lengkap pengujian di aspal, kini giliran trek semi offroad dilewati. Di sini, suspensi Tiguan terasa nyaman meski saat kami menguji di bangku penumpang sekalipun. Guncangan-guncangan dapat diredam dengan baik dan tetap terkendali.
Rintangan terakhir berupa kubangan lumpur yang cukup dalam bahkan sempat kami loncati namun, Tiguan membuktikan jika SUV kompak ini bukan hanya handal dipakai di dalam kota, tapi juga bisa sedikit bermandi lumpur.
Setelah test, kami bisa menyimpulkan jika dengan harga Rp 364 juta (off the road) SUV asal Jerman ini bisa menjadi kompetitor serius para pesaingnya asal Asia. (mobil.otomotifnet.com)
Langsung menuju mobilnya, impresi pertama saat melihat desain eksteriornya ada kesan minimalis khas keluarga VW. Tak ada sudut lancip dan desain agresif yang tampil dari mobil yang namanya diambil dari gabungan Tiger dan Iguana ini.
Namun, kesan kokoh dari kakaknya Touareg turut terlihat pada Tiguan. Tengok saja bagian headlamp dengan sistem DRL dan LED nya. Begitu pula dengan bentuk gril besar yang berpadu bumper. Kesan minimalis terus menjalar pada garis bodi dan buritan Tiguan.
Mesin mulai menyala. Kondisi kabin sangat senyap dan minim getaran. Seperti dijelaskan sebelumnya (klik di sini) , meski memakai mesin 1.4 liter TSI, namun aplikasi twincharger (supercharger dan turbocharger) membuat tenaga Tiguan selalu terisi. Otomotifnet.com merasakan tarikan awal yang cukup baik, bahkan bisa diadu dengan pesaingnya yang bermesin 2.0 liter keatas.
Desain trek yang berkelok-kelok khas slalom cocok untuk menguji kehandalan suspensi dan kelincahannya. Dan terbukti, Tiguan sanggup mengatasi deretan kun yang terpasang dilintasan aspal berkerikil. Menikung dikecepatan tinggi mobil tetap stabil berkat fitur ESP dan sokongan suspensi yang diklaim telah diadjust ulang untuk kondisi jalan Indonesia.
Sayangnya, besaran tenaga berdampak pada gejala understeer yang sering terjadi kala berbelok dikecepatan tinggi. Hal ini dipengaruhi sistem penggeraknya yang masih mengaplikasi sistem gerak roda depan.
Lengkap pengujian di aspal, kini giliran trek semi offroad dilewati. Di sini, suspensi Tiguan terasa nyaman meski saat kami menguji di bangku penumpang sekalipun. Guncangan-guncangan dapat diredam dengan baik dan tetap terkendali.
Rintangan terakhir berupa kubangan lumpur yang cukup dalam bahkan sempat kami loncati namun, Tiguan membuktikan jika SUV kompak ini bukan hanya handal dipakai di dalam kota, tapi juga bisa sedikit bermandi lumpur.
Setelah test, kami bisa menyimpulkan jika dengan harga Rp 364 juta (off the road) SUV asal Jerman ini bisa menjadi kompetitor serius para pesaingnya asal Asia. (mobil.otomotifnet.com)