Sebelum berangkat, Jimmy Yeow, Corporate Communication Perodua, ATPM Daihatsu di Malaysia mengingatkan bahwa perjalanan ini akan di dominasi jalanan lebar dan panjang di sekitar perkotaan. Dan akan menemui jalanan penuh tikungan sekaligus sempit.
"Dan hati-hati, ada beberapa daerah yang banyak hewan di pinggir jalan, seperti sapi," wantinya. Hemm pasti menantang..
Untungnya kualitas aspal di Malaysia jauh lebih baik dari Indonesia, bakal makin asik ni.! Perjalanan yang dimulai dari Sepang ini dilepas oleh terik matahari, gak masalah geber terus!
Dalam kondisi ini, konsentrasi malah tertuju pada kenikmatan suspensinya. Empuk membuat perjalanan jadi nyaman. Sedikit mengayun tapi efektif meredam getaran speed trap yang banyak ditemui sebelum tikungan. Cuma suara duk..duk..duk.. yang masih terdengar dari kabin.
Jalan rusak memang sulit ditemui di Malaysia, sangat berbeda dengan Indonesia. Jadi jangan tanya performa suspensinya ketika melibas jalan tak rata. Paling banter guncangan terasa ketika merasakan getaran polisi tidur.
Dan benar, tidak lama berjalan hujan mulai turun, meski tak lama tapi cukup membuat aspal basah. Menariknya, kondisi ini disambut dengan jalanan pedesaan yang mulai berkelok.
Awalnya ragu untuk menikung karena jalanan hujan, lama kelamaan santai saja. Deretan tikungan bersudut lebar coba dilalui dengan kecepatan 80 sampai 90 km/jam.
Tapi rasanya di Indonesia kenyamanan lebih utama ketimbang performanya melibas tikungan dengan kecepatan tinggi. Kondisi jalanan di Indonesia yang rusak dan kepadatan tinggi menjadi alasannya.
Masih soal kenyamanan, electronic power steering yang ditawarkan Daihatsu cukup meringankan kerja tangan. Pengemudi pemula atau wanita pasti akan dengan mudah memutar setir.
Perjalanan sejauh 130 kilometer ini pun berakhir di Malaka, kawasan pelabuhan bersejarah peninggalan bangsa Eropa di tanah Melayu. Saatnya istirahat! (mobil.otomotifnet.com)