Jakarta - Adanya pembatasan penjualan bahan bakar diesel alias solar, bukan tak mungkin, ada sebagian pemilik mesin ciptaan Rudolf Diesel ini bakal menghadapi dilema baru. Apa itu?
Misalnya, kondisi tangki lagi ‘sekarat’, tapi jarum jam sudah menunjukkan lewat pukul 18.00. Alhasil, peringatan pertama pasti datang dari lampu indikator bahan bakar yang menyala (gbr.1).
“Ketika lampu ini menyala, kira-kira di tangki bahan bakar masih tersisa 3 liter. Tapi ini tergantung model kendaraannya karena menyangkut konstruksi tangki itu sendiri,” terang Dadi Hendriadi, General Manager Technical Service Division PT Toyota-Astra Motor (TAM).
Terus mesti gimana dong? Nah, yang pasti mesti ingat deh. Berapa kira-kira konsumsi bahan bakar mobilnya. Misalkan saja nih, Grand New Toyota Fortuner VNT M/T yang berdasar hasil test drive OTOMOTIFNET mencatat angka konsumsi 1:8,9 liter per kilometer untuk rute dalam kota.
Artinya, dengan minimal takaran sekitar 3 liter BBM di tangki. SUV ini masih bisa menempuh jarak sekitar 26,7 km. Kecuali lagi bergumul di tengah hutan, jarak segini lebih dari cukup dong untuk mencari SPBU terdekat?
Kalau malas menghitung, silakan gunakan fitur yang sekarang banyak tersemat di kendaraan masa kini. Pada layar MID (Multi Information Display), biasanya tercantum juga sisa jarak yang bisa ditempuh berdasar jumlah dalam tangki.
Indikatornya bisa berupa tulisan Range atau tanda panah (gbr.2). Tapi jangan terlena atau keasyikan juga. Karena biasanya semakin habis bahan bakar dalam tangki, angka ini ikut menghilang. Artinya, jumlah bahan bakar dalam tangki sudah sangat minim.
Akan lebih baik lagi kalau bisa secepat mungkin mencari SPBU. Amannya, jangan berkendara lebih dari 10 km. “Soalnya, walau dengan bahan bakar yang ada, tapi ketika menikung atau ketemu jalan menanjak dan turunan. Bukan tak mungkin ada bahan bakar yang tidak terhisap,” wanti warga Bogor ini.
Indikasinya, coba rasakan kalau kondisi mesin seperti brebet atau pincang. Selain langsung terasa, bisa juga melihat jarum petunjuk putaran mesin. Biasanya terlihat naik turun abnormal (gbr.3).
Jadi, enggak perlu repot lagi soal aturan kan. Kalau sudah terbiasa membaca indikator, sekarang tinggal saatnya menyesuaikan dengan rute dan gaya nyetir deh. (Mobil.otomotifnet.com)