Jakarta - Curah abu vulkanik cukup tebal dari letusan Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur, sampai mengganggu jarak pandang saat berkendara. Mau ngebut, tak tahu kondisi jalan di depan. Jalan perlahan, takut diseruduk.
Lantas, bagaimana cara mengemudi ketika jarak pandang terganggu? “Pada dasarnya, teknik berkendara saat di tengah hujan abu tidak jauh berbeda di jalan berkabut," buka Jusri Pulubuhu dari Jakarta Defensif Driving Center.
Pesan Jusri, persiapkan kendaraan seperti wiper berfungsi dan tabung air terisi penuh (dicampur dengan cairan khusus wiper). Kemudian, pantau berita dari radio maupun alat komunikasi lain untuk mendapatkan informasi terkini dari BMKG atau BNPB.
Nah, kala berkendara, usahakan jalan pelan-pelan dengan kecepatan tertinggi antara 30 sampai 40 km/jam. Kecepatan bisa lebih lambat lagi jika kondisi jalan lebih buruk lagi. Seperti licin akibat abu vulkanik terkena siraman air hujan.
Gunakan lampu utama dan belakang sebagai pertanda keberadaan posisi kita oleh pengendara lain. Dihimbau, kendaraan yang sudah memakai bohlam halogen, sebaiknya balik ke standar. Pasalnya, sinar yang putih tidak mampu menembus abu.
Bunyikan klakson, terlebih di persimpangan. Jangan paksakan laju kendaraan ketika jarak pandang terganggu dan ambil jarak aman dengan kendaraan di depan menurut jarak pandang yang terjangkau. Penggunaan lampu kabut (fog lamp) cukup membantu penyinaran dari lampu utama, terutama menerangi bagian bawah.
Dan terakhir, "Saat berkendara konsentrasi tinggi. Karena, sedikit saja lengah akan merugikan diri sendiri ataupun untuk orang lain," tutup Jusri. (Mobil.Otomotifnet.com)