Jakarta - Ada sebagian pengguna kendaraan mencampur Premium RON 88 dengan Pertamax Plus RON 95 dengan perbandingan 57:43 (atau mudahnya 60:40). Gunanya untuk mendapatkan RON 91 seperti layaknya Pertamax.
Namun dengan selisih harga yang kian dekat paska kenaikan harga BBM subsidi (18/11) lalu, manfaatnya nya dirasa tidak besar. Pertamax dengan harga Rp 10.200,-/liter dan ‘Pertamax oplosan’ Rp 10.000/liter.
Selain selisih harga yang cuma lebih murah sekitar Rp 200/liter, juga ada potensi kerugian jangka panjang. Pencampuran seperti ini sebenarnya mengurangi kinerja dari BBM non subsidi. Bahkan dalam kondisi tertentu justru bisa menimbulkan pertumbuhan deposit pada katup isap lebih cepat. Sebab adanya harm-effect dari aditif yang ada di dalamnya. Harm-effect adalah berubahnya kinerja aditif sebagai fungsi konsentrasi pelarutannya.
Pada konsentrasi rendah kinerja aditif tidak memberikan dampak, sementara pada konsentrasi tertentu kinerjanya sangat signifikan, dan pada konsentrasi lebih tinggi lagi kinerjanya juga kembali menurun. Ada kalanya juga justru pada konsentrasi yang tidak optimum malah memberikan dampak negatif, mempercepat pertumbuhan deposit. Oleh karena itu mencampur Pertamax Plus dengan Premium akan mengubah konsentrasi aditif dalam bahan bakar, sekaligus akan memicu pertumbuhan deposit di dalam mesin.
Hal ini bisa terjadi karena Premium sama sekali tidak mengandung aditif. Perlu diketahui bahwa deposit di dalam mesin terjadi pada katup isap, sehingga mengganggu aliran campuran bahan bakar-udara. Efeknya pastinya menurunkan kinerja mesin. Pada injektor akan menurunkan jumlah bahan bakar yang diinjeksikan sehingga kinerja mesin berkurang.
Sementara pada ruang bakar akan meningkatkan perbandingan kompresi sehingga potensi ngelitik meningkat. Ini karena tumpukan karbon yang terbakar bukan pada timing pengapian yang pas. Efeknya memaksa mesin diminumi BBM dengan RON lebih tinggi, padahal bukan karena rasio kompresi yang sebenarnya. Komponen intake manifold yang ditutupi karbon juga akan menghambat udara masuk ke mesin sehingga menurunkan kompresi dan menurunkan kinerja mesin.
Aditif yang ada di dalam BBM non subsidi sendiri memiliki banyak manfaat. Seperti memiliki kinerja deterjensi alias pembersih. Antioksidasi agar tidak ada reaksi antara senyawa kimia yang ada di dalam BBM. Anti foam yakni mencegah terbentuknya gelembung yang bisa menyebabkan sumbatan pada saluran bahan bakar. Terakhir adanya antikorosi mencegah reaksi BBM terhadap logam.
Aditif ini bekerja secara terintegrasi, sehingga penambahan secara individual sering tidak memberikan efek secara signifikan. Oleh karena itu perubahan komposisi dan konsentrasi dari masing-masing aditif tersebut akan melemahkan kinerjanya secara keseluruhan. (mobil.otomotifnet.com)
Sementara pada ruang bakar akan meningkatkan perbandingan kompresi sehingga potensi ngelitik meningkat. Ini karena tumpukan karbon yang terbakar bukan pada timing pengapian yang pas. Efeknya memaksa mesin diminumi BBM dengan RON lebih tinggi, padahal bukan karena rasio kompresi yang sebenarnya. Komponen intake manifold yang ditutupi karbon juga akan menghambat udara masuk ke mesin sehingga menurunkan kompresi dan menurunkan kinerja mesin.
Aditif yang ada di dalam BBM non subsidi sendiri memiliki banyak manfaat. Seperti memiliki kinerja deterjensi alias pembersih. Antioksidasi agar tidak ada reaksi antara senyawa kimia yang ada di dalam BBM. Anti foam yakni mencegah terbentuknya gelembung yang bisa menyebabkan sumbatan pada saluran bahan bakar. Terakhir adanya antikorosi mencegah reaksi BBM terhadap logam.
Aditif ini bekerja secara terintegrasi, sehingga penambahan secara individual sering tidak memberikan efek secara signifikan. Oleh karena itu perubahan komposisi dan konsentrasi dari masing-masing aditif tersebut akan melemahkan kinerjanya secara keseluruhan. (mobil.otomotifnet.com)