Salah Kaprah Teknologi Mobil Keluarga (Bag.2-Habis)

Editor - Kamis, 1 Juli 2010 | 09:57 WIB

(Editor - )

OTOMOTIFNET - Perangkat lain yang membutuhkan pengetahuan mendalam sebelum digunakan adalah transmisi automatic canggih, ESP dan alarm immobilizer. Gimana cara pakai dan apa fungsinya? Baca terus!

TRANSMISI PINTAR
Perkembangan teknologi transmisi otomatik semakin memanjakan pengemudinya. Selain memberikan kenyamanan, berbagai fitur di dalamnya membuat pengemudi tak perlu dituntut untuk memiliki keterampilan berlebih.

Misal perlu mengetahui posisi percepatan kala mendahului atau saat berada di tanjakan atau di jalan menurun.

Beberapa fitur pintar seperti Grade Logic Control, atau ECT-S Electronically Controlled Automatic Transmision dan nama-nama lain, mampu ‘memikirkan’ posisi percepatan sesuai beberapa kondisi, salah satunya keadaan jalan, apakah menikung atau menanjak atau turun.

Tetapi ternyata pengemudinya tak boleh pasrah begitu saja. Beberapa fitur tadi masih perlu dibantu oleh campur tangan sang sopir.

Misal ketika turunan curam, tetap saja penggunaan gigi rendah seperti 2 atau L disarankan, agar terjadi engine brake yang membantu pengereman.

Sementara di tanjakan, tinggal posisikan pada D dan bisa mengandalkan kickdown accelerator saja. Tetapi agar torsi tetap terjaga, masih perlu dilakukan campur tangan driver, seperti menempatkan posisi percepatan pada D-3 atau lebih rendah lagi agar akselerasi lebih spontan di tanjakan terjal.

ESP
Benar-benar peranti andalan saat bermanuver. Sebuah pengembangan dari sistem ABS yang sama-sama memanfaatkan peranti rem yang aliran tekanan minyak remnya terkontrol ke tiap roda.

ESP memungkinkan roda terkunci secara individual maupun beberapa sesuai kebutuhan dan kondisi yang terjadi saat melaju.

Kebanyakan orang berpikir untuk mengandalkan peranti ini tiap saat. Namun, seperti ABS, fungsinya mulai bekerja pada kecepatan tertentu, yang dianggap sudah membahayakan.

Jadi, ESP ini akan bekerja ketika kendaraan berada pada kecepatan di atas 40 km/jam. Di bawah itu, pengemudinya diharapkan masih mengontrol laju tunggangan seperti biasa.

ESP alias Electronic Stability Programme ini, mampu mengatur laju tunggangan agar kembali pada jalur normal. "Misal ketika melewati jalan licin dan posisi mobil melintir, beberapa sensornya akan membaca dan mengoreksi laju tunggangan," ungkap Iwan Abdurahman, Section Head of Technical Service, dalam sebuah kesempatan.

Seperti membuat satu atau lebih roda direm agar kendaraan kembali ke posisi asal. Tetapi, ini pun tentu ada toleransinya. Pada kondisi ekstrem tentunya peranti ini masih belum bisa memperoleh hasil maksimal. Tangan dan kaki pengemudi masih menjadi peranti utama dalam mengendalikan kendaraannya.


Sistem alarm dengan Immobilizer memiliki cara kerja sedikit berbeda namun efektif mengurangi resiko kehilangan

ALARM DAN IMMOBILIZER
Masih banyak yang salah sangka tentang pemakaian alarm immobilizer. Fitur immobilizer dengan fungsi alarm benar-benar berbeda. Kalau alarm bekerja lebih karena sensor-sensor, seperti sensor bayangan, sensor getar ataupun sensor pintu. Maka immobilizer bekerja berdasarkan sinkronisasi kunci yang digunakan untuk menghidupkan mesin dengan data pada ECU kendaraan.

Misalkan saja alarm aftermarket yang mengandalkan kombinasi sensor bayangan dan sensor pintu. Artinya, mesin tak akan mau hidup seandainya salah satu dari sensor tersebut dinonaktifkan dengan paksa.

Jadi kalau ada maling yang masuk dengan memecahkan kaca, dan sensor menangkap ada gerakan seseorang dalam kabin, maka alarm akan memerintahkan mesin supaya tidak bisa dihidupkan, plus ada tambahan suara sirine meraung untuk memperingatkan maling secepatnya ambil langkah seribu.

Beda dengan immobilizer yang bekerja berdasarkan sinkronisasi data kunci kontak dengan data pada ECU utama. Immobilizer belum tentu membuat suara meraung layaknya alarm aftermarket, tapi benar-benar memutus arus mesin hingga tak bisa dihidupkan. Makanya setiap pembelian unit kendaraan dengan sistem immobilizer, pemilik biasanya diberikan 2 buah kunci serep seandainya kunci utama rusak ataupun tak bisa dipakai lagi.

Cara kerjanya, begitu kunci kontak dimasukkan. Maka ECU akan membaca data pada kunci apakah sesuai dengan kendaraan yang digunakan. Data pada kunci juga memuat data servis ataupun data-data pelengkap setiap kendaraan. Nah, tiap data ini disimpan dalam database pabrikan perakit. Makanya kalau kunci ini sampai hilang atau rusak, biaya gantinya cukup menyedot kantong karena harus meminta kunci tambahan dari pabrik perakitnya langsung.

Penulis/Foto: Rio, Ben, Manut / Reza, Dok.Otomotif