|
OTOMOTIFNET – Gelaran Eco Products Internatisional Fair 2010 di JCC, Senayan yang berakhir pada hari Minggu kemarin (7/3) turut diikuti oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Pada kesempatan kali ini LIPI membawa dua buah mobil listrik hasil rekayasa anak-anak bangsa di bawah Pusat Penelitian Tenaga Listrik Dan Mekatronik.
Dua buah mobil ini adalah Toyota Kijang Super keluaran tahun 90-an sebagai “the 1st Electric Car Conversion”, dan sebuah hatchback kecil “the 1st Hybrid Elecric Vehicle”. “Keduanya hasil rekayasa peneliti LIPI. Yang Kijang adalah mobil listrik plug in sedang yang kecil ini hybrid,” buka Mustari, Humas LIPI.
Keduanya sama-sama menggunakan mesin listrik sebagai tenaga penggeraknya. Sebuah motor listrik tipe 3-Phase Inducton Motor menjadi jantungnya. Yang membedakan, sebagai sumber tenaga Toyota Kijang Super diambil dari listrik 220V. “Bisa langsung colok ke listik di rumah,” ungkap Mustari.
Listrik 220V tadi lalu disimpan dalam batterai pack SLA-Deep Cycle 72 volt/220Ah dan charger 72V/25 Ampere. “Dalam keadaan full bisa dipakai jalan 75 kilometer,” lanjut pria asal Bandung ini. Toyota Kijang ini memiliki tenaga 52 dk dan torsi 156 Nm dihitung dengan dynamometer pada roda belakang.
Beda lagi dengan mini car berwarna hitam. Mobil yang benar-benar dibangun dari nol ini memiliki mesin listrik dengan konsep hybrid. Ada motor listik dan ada juga mesin bensin. “Tapi mobil tetap berjalan dengan 100 persen listrik. Generator 160cc yang dipakai hanya untuk mengisi baterai,” jelas Mustari lagi.
Tenaga yang dihasilkan mencapai 43 dk dengan torsi 129 Nm. Dan mobil mungin ini juga diklaim dapat melaju dengan kecepatan maksimum 70 km/jam. Kedua mobil yang dibuat dengan anggaran LIPI tahun 2009 ini masih menggunakan gear box manual layaknya mobil pada umumnya.
“Kita sudah mematenkan beberapa teknologi yang kita buat dalam mobil ini. Dan tujuan kita memamerkan mobil ini di sini adalah untuk mencari investor. Siapa tahu ada yang mau memanfaatkan dan memproduksinya,” ungkap Mustari.
Mustari juga mengaku telah menghabiskan Rp 200 juta untuk meriset mobil hybridnya dan Rp 150 juta untuk mobil listriknya. “Saya yakin kalau sudah diproduksi masal harganya bisa ditekan. Mungin Rp 50 jutaan atau malah lebih murah bila kapasitas produksinya banyak,” tutupnya.
Penulis/Foto:Popo