Jakarta - Menanggapi makin langka dan mahalnya bahan bakar minyak (BBM), banyak pihak bersiap untuk menerapkan biofuel seperti ethanol sebagai sumber tenaga alternatif. Salah satunya adalah produsen mobil merasa siap untuk mengaplikasi mesin untuk bahan bakar ethanol.
"Kami siap saja menghadirkan mobil-mobil yang kompatibel dengan ethanol. Karena teknologi tersebut sudah umum di Thailand dan Filipina. Di kedua negara itu, kadar ethanolnya sudah E20. Jadi tinggal aplikasi dari sesama negara Asean saja,” buka Indra Chandra Setiawan, Anggota tim Transportasi, Lingkungan dan Infrastruktur Gaikindo.
Menurutnya Indonesia cukup tertinggal soal sumber energi alternatif ketimbang Thailand dan Filipina. “Di sana ethanol sudah mulai dipakai. Bahkan di Brazil lebih tinggi lagi perbandingannya. Nggak masalah soal teknologi kan bisa ambil produk global,” urainya.
Pria ramah ini bahkan menyatakan jika standarisasi dilakukan dapat menghemat cost produksi. Sebagai contoh, saat ini mobil-mobil CBU Thailand terpaksa di down grade speknya. Dari yang standarnya bisa mengonsumsi E20, menjadi E10. Karena di Indonesia tingkat ethanolnya masih nol. Jadi pabrik di sana wajib punya dua line produksi. Padahal kalau pakai standar global, ongkos produksi bisa ditekan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Indra menyatakan jika pihak produsen masih menunggu kejelasan pemerintah mengenai ethanol untuk menghadirkan produk tersebut. “Kalau ada kejelasan, produsen bakal menyiapkan produk kalau ada kejelasan regulasi BBM,” pungkas Indra. (mobil.otomotifnet.com)
"Kami siap saja menghadirkan mobil-mobil yang kompatibel dengan ethanol. Karena teknologi tersebut sudah umum di Thailand dan Filipina. Di kedua negara itu, kadar ethanolnya sudah E20. Jadi tinggal aplikasi dari sesama negara Asean saja,” buka Indra Chandra Setiawan, Anggota tim Transportasi, Lingkungan dan Infrastruktur Gaikindo.
Menurutnya Indonesia cukup tertinggal soal sumber energi alternatif ketimbang Thailand dan Filipina. “Di sana ethanol sudah mulai dipakai. Bahkan di Brazil lebih tinggi lagi perbandingannya. Nggak masalah soal teknologi kan bisa ambil produk global,” urainya.
Pria ramah ini bahkan menyatakan jika standarisasi dilakukan dapat menghemat cost produksi. Sebagai contoh, saat ini mobil-mobil CBU Thailand terpaksa di down grade speknya. Dari yang standarnya bisa mengonsumsi E20, menjadi E10. Karena di Indonesia tingkat ethanolnya masih nol. Jadi pabrik di sana wajib punya dua line produksi. Padahal kalau pakai standar global, ongkos produksi bisa ditekan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Indra menyatakan jika pihak produsen masih menunggu kejelasan pemerintah mengenai ethanol untuk menghadirkan produk tersebut. “Kalau ada kejelasan, produsen bakal menyiapkan produk kalau ada kejelasan regulasi BBM,” pungkas Indra. (mobil.otomotifnet.com)