Banyak jalan menuju Roma, tapi entah mengapa untuk menghasilkan bass dipakai sistem isobaric yang terkenal sulit
Jakarta - Pujiyanto Suryana, installer Art Nouveau di Mega Glodok Kemayoran, Jakpus, memilih jalan yang sulit untuk mengupgrade sistem in car entertainment Honda CR-V 2014 milik Peter. Yakni sistem isobaric untuk aplikasi subwoofer. “Sulit menghitung desainnya. Tapi saya berhasil meyakinkan sang pemilik kalau bass yang dihasilkan detail dan akurat,” tutur penggemar ikan mas koki ini.
Pakai isobaric, timing output-nya lebih tepat
Puji, sapaan akrab Pujiyanto, membuat konsep yang terakhir pernah dibikinnya 5 tahun lalu. Ketika menengok ke bagian belakang mobil, OTOMOTIF benar menemukan sebuah boks subwoofer ala isobaric. Di Indonesia juga tergolong jarang.
Salah satu contoh subwoofer isobaric. Dua subwoofer saling dihadapkan dalam satu boks dengan satu output
Konsep ini menggabungkan dua subwoofer identik dalam satu boks dengan menghadapkan diafragma yang satu dengan yang lain.Lalu, suara yang dihasilkan oleh kedua subwoofer tadi dikeluarkan oleh satu subwoofer pasif yang diafragmanya mengarah keluar boks. Tujuannya untuk meningkatkan respon frekuensi rendah, tanpa memakan ruang yang banyak.
Speaker depan FA 15 inci menggantikan dudukan aslinya
Dibandingkan konfigurasi biasa, isobaric mempunyai timing yang lebih tepat. “Enggak tumpah. Ketika suara rendah yang dikeluarkan harus berhenti, ya dia berhenti. Detail dan efisien juga hasilnya,” jelas pria yang sudah berkutat dalam dunia audio selama 15 tahun ini lebih lanjut.
Midrange 3 inci untuk menghasilkan staging 3-way di depan
Untuk membuatnya, Puji menggunakan dua subwoofer 10 inci yang dihadapkan ke satu sama lain dan digabungkan ke dalam satu boks. Hasilnya, sebuah subwoofer isobaric Art Nouveau 6th order bandpass dengan drone. Boom Boom Boom! Begitu suara bass yang terdengar begitu jelas ketika OTOMOTIF mencobanya.
HU Sony XAV-72BT dipercaya sebagai sumber pemutar media, namun mesti tambah prosesor sendiri
Untuk sumber suaranya, Puji menggunakan Sony XAV-72BT dengan layar 7 inci. Tapi HU ini belum terdapat processor untuk mengatur time delay, jadi harus menggunakan device yang terpisah.
Nah untuk processor-nya, digunakan Alpine PXA-H800 dengan 8-channel time correction dan 10-band parametric EQ. Lalu untuk mengendalikannya digunakan Alpine RUX-C800 yang diletakkan di center console. Dari situ pengemudi jadi selalu bisa mengganti time delay dengan hanya memutar knob saja.“Pakai time delay itu egois. Soalnya cuma dari sisi jok pengemudi suara terdengar sempurna. Dari sisi lain suaranya akan timpang,” tutup Puji sambil bercanda. Keseluruhannya, Peter menghabiskan Rp 80 jutaan untuk modifikasi ini. • (otomotifnet.com)
Data Modifikasi
Head Unit: Sony XAV-72BT
Processor: Alpine PXA-H800
Controller: Alpine RUX-C800
Front Speakers: FA 1 5 inci
Midrange Speakers: 3 inci
Kabel Speaker: Art Nouveau
Kabel RCA: Art Nouveau Performance
Power Amplifier: Art Nouveau @ 2200 4 Pcs
Subwoofer: Art Nouveau 6th Order Bandpass with Drone (2x10 inci)