BUKAN PERUBAHAN ATURAN
Sebenarnya, ketentuan ini bukan peraturan. Melainkan hasil evaluasi antara pihak Sirkuit Sentul, promotor dan PP IMI masa kepengurusan lama di tahun lalu. Yakni kepemimpinan Ari Batubara dengan kabid olahraga Irawan Sucahyono. “Evaluasi dilakukan setiap selesai seri ISOM (Indonesia Series of Motorsport). Bukan masalah jumlah tapi unsur safety-nya,” ungkap Irawan.
Beberapa pertimbangannya menurut Irawan yakni ada perhitungan dari FIA tentang jumlah maksimal peserta di sebuah sirkuit. Hitungan ini memasukkan unsur panjang dan lebar sirkuit. “Untuk Sentul maksimalnya 36 mobil,” terangnya.
Lalu pertimbangan faktor safety di mana ada perbedaan yang jauh antara peserta tercepat dan terlambat. Saat kualifikasi, peserta paling lambat waktunya enggak lebih dari 7 persen catatan waktu tercepat. Tapi biasanya ada toleransi sampai 10 persen. Perbedaan catatan waktu ini menurut Irawan dapat membahayakan peserta.
Pertimbangan lain yakni prosedur start yang dipakai. Start dengan line-up mengurut ke belakang harus memungkinkan peserta paling buncit melihat lampu start. “Waktu itu dites, peserta lebih dari posisi 32 enggak bisa melihat lampu,” lanjut Irawan lagi.
Meski demikian, ia menyebut bahwa ketentuan ini bukan adendum atau perubahan peraturan lomba. Melainkan rekomendasi saja sesuai permintaan pihak Sentul untuk dievaluasi. “Itu hanya diusulkan untuk dipertimbangkan oleh (pihak) Sentul,” tuturnya.
Tak pelak, Rendison Joesno menjadi orang paling berkaitan dengan ketentuan ini. Maklum, promotor dari Speedy Motorsport inilah yang menghajat balap Retro di ISOM Sentul. “Kalo dibilang teriak sih teriak. Soalnya tahun lalu enggak ada sponsor. Kedua, slot itu kan mahal. Kalo saya sih 1, 2, 3 slot enggak masalah kalau ada sponsor,” ujarnya.
Oleh karenanya, tahun ini balap retro akan ia bagi dalam dua slot. Baik kualifikasi maupun balapannya. Sebagai perbandingan, tahun lalu kualifikasi dilakukan selama satu jam untuk menampung seluruh peserta.
Enggak heran, ia menuturkan langkah-langkahnya menghadapi ketentuan ini dengan ‘nada rendah’. Menurutnya, biaya melaksanakan balap retro enggak murah. Sementara, dengan melihat dari sisi peserta, enggak mungkin ia menaikkan tarif biaya pendaftaran.
Untuk itu, solusi yang paling diharapkan yakni kucuran dana dari sponsor, yang menurut pria 38 tahun ini mulai ada sinyal positif dari penyokong dana. “Sponsor 50 persen udah ada, gue enggak mau nyari profit gede, paling enggak over head cost ketutuplah,” ujarnya. “Maunya ada hadiah rutin di retro. Selama ini cuma cash, alhamdulillah enggak ada peserta komplain,” lanjut pria asli Sumbar ini.
Adapun dengan dua slot, pengaturannya sudah diperhitungkan. Yakni jumlah peserta tahun ini diprediksi mencapai 50 starter, sehingga satu slot diisi sekitar 25 pembalap. Satu slot terdiri dari kelas 2.000 cc dan Super Retro, satu slot lagi buat kelas 1.600 cc yang terdiri dari dua kategori, single dan double cam.
Di sisi lain, aturan soal pembatasan peserta yang membeludak ini mengecualikan balap mobil klasik. “Gue teriak pembatasan di Classic Race karena ini new baby born, baru 3 tahun. Kalo cuma 32 (mobil) enggak nutup biaya operasional karena kita enggak bisa nambah biaya pendaftaran,” aku Arief, promotor balap mobil klasik dari ARF Management.
Namun bukan karena masih baru dan soal biaya pendaftaran balap ini bisa selamat dari pembatasan. Namun karena sesuai ketentuan FIA yang mengukur panjang pit wall Sirkuit Sentul. “Ada rumus resmi dari FIA dengan panjang pit wall Sentul ada 45 mobil yang boleh ikut. Tapi kita dikasih 42,” lanjutnya soal balap yang mengharuskan pembalapnya berlari menuju mobil masing-masing sebelum balapan. (otosport.co.id)