DUA KIBLAT
Gymkhana pernah diselenggarakan di Sekayu, Muba, Sumsel pada 2006. Gymkhana sendiri sebenarnya tidak terlalu berbeda dibanding slalom yang selama ini sudah eksis di Indonesia. Terlebih dengan format lomba slalom saat ini nyaris tak ada bedanya.
Terdapat 2 ‘kiblat' gymkhana. Jika mengacu ke regulasi Asia yang pernah dibuat beberapa waktu lalu, gymkhana benar-benar sama seperti slalom. Didi Hardianto dan James Sanger yang pernah bertanding mewakili Indonesia bercerita ketika berlaga di Taiwan, besarnya trek hanya 2 kali lapangan basket. Bisa dibayangkan betapa kecilnya trek tersebut.
"Kalau waktu kita ikut, waktu tempuh tidak pernah mencapai 1 menit. Mudahnya soal sebenarnya untuk tetap membuat awet mobil yang disediakan penyelenggara," seru Didi Hardianto.
Acuan berikutnya, pada ajang yang diselenggarakan di Jepang dan Amerika. Pada 2 negara ini, gymkhana memiliki kecepatan yang jauh lebih tinggi dibanding slalom. Dalam kejuaraan di 2 negara tersebut, jarak antarkun diatur berjauhan. Wajar jika kun diletakkan berjauhan, karena biasanya gymkhana diselenggarakan di sirkuit atau lapangan yang sangat luas.
Memanfaatkan besarnya lokasi sehingga kun disimpan berjauhan. Hal ini yang memungkinkan mobil bisa mengembangkan kecepatan dan tenaganya secara maksimal.
Baik mengacu kepada Asian Gymkhana, Amerika atau Jepang, dalam gymkhana sebenarnya bisa dibilang sedikit lebih sulit dibanding slalom. Pasalnya, dalam slalom dikenal warna untuk kun, antara merah dan hijau. Pada gymkhana tidak dikenal adanya warna kun. Jadi pembalap harus benar-benar hafal pada soal yang diberikan oleh panitia.
Seperti juga slalom, dalam gymkhana juga dikenal rintangan putar balik, membuat putaran 360 derajat, zig-zag. Perbedaannya tidak ada ketentuan minimum besar trek untuk membuat gymkhana ini.
Tidak hanya itu saja, Ken Block (pereli) bahkan sempat ikut event gymkhana menggunakan Ford Fiesta yang biasa dipakai untuk reli. Beberapa drifter mancanegara juga terlihat menikmati ajang gymkhana tersebut, seperti Tanner Foust dan Daijiro Yoshihara. Masing-masing menggunakan mobil yang biasa dipakai di ajang drifting. "Gymkhana cukup menarik untuk diikuti. Mobil tidak hanya harus kencang, tapi kita juga harus bisa melewati kun dengan baik tanpa kehilangan waktu banyak," ungkap Daijiro beberapa waktu lalu ketika bertandang ke Indonesia.
Tak aneh jika melihat kejuaraan gymkhana di Amerika atau Jepang diikuti berbagai mobil, mulai spesifikasi harian sampai mobil yang benar-benar kompetisi bisa ikut di ajang ini. Bahkan dalam kejuaraan Jepang, beberapa mobil yang standarnya AWD (All Wheel Drive) diubah menjadi gerak roda belakang guna berlomba di ajang gymkhana. Seperti Mitsubishi Lancer Evolution juga Subaru Impreza.
Secara kategori mobil, tidak terbatas hanya pada mobil gerak belakang saja, namun mobil gerak roda depan bisa ikut di dalamnya. Rifat Sungkar yang pernah membuat acara latihan gymkhana di Tangerang Selatan memasukkan semua jenis mobil dalam satu kelas.
"Kita lihat antusias dulu. Kalau memang sambutannya ramai dan peserta antusias, baru kemudian diperjelas regulasinya. Kalau belum-belum sudah serba dibatasi peserta justru tidak bisa terpetakan," serunya. Saat latihan tersebut, terbukti kalau Mitsubishi Lancer Evolution termasuk sulit untuk mengalahkan Honda Jazz.
Menurut Cici, panggilan James Sanger, kejuaraan di Jepang, pembagiannya bukan berdasar pada kategori pembalap seperti slalom di Indonesia, melainkan berdasar mobil. "Jadi beradu dalam kelasnya masing-masing tidak memperhatikan orang," seru Cici.
Dalam regulasi kebanyakan event gymkhana kelas dibagi berdasar mobil, gerak roda depan, belakang, standar, semi modifikasi serta modifikasi bebas. Atau ada juga pembagian kelasnya, gerak roda belakang, gerak roda depan, 4WD dan kelas bebas. Kelas puncak, yakni mobil-mobil yang berlaga di kelas modifikasi bebas.
Agaknya dalam gymkhana ini bisa benar-benar melihat pertarungan beberapa mobil balap dalam satu kejuaraan. Sangat mungkin mobil drifting, slalom, reli, turing untuk ikut. Sementara itu, mobil-mobil dengan spesifikasi harian juga tak perlu takut untuk berlomba karena akan diwadahi dalam kelas tersendiri. Menentukan pemenang, gymkhana tetap mengacu pada waktu terbaik. (otosport.co.id)