Dimas Ario kesengsem modifikasi ala cafe racer. Untuk mewujudkan mimpi, Dimas mengambil ‘bahan’ Suzuki A100. “Iya. Pokoknya pingin jadi cafe racer,” buka Dimas yang bekerja di Pertamina, Jawa Timur itu.
Tapi, ada bagian yang diubah tanpa memanfaatkan bahan dasar fiber. Padahal, kebanyakan modifikator lebih memilih pakai fiber.
“Iya di bagian buntut. Buntut jadi salah satu ciri cafe racer. Biasanya pakai fiber, saya pilih pelat,” kata Eric Caprin, builder Caprin Racing di Gubeng Kertajaya, Surabaya, Jawa Timur.
Secara teknis bikin buntut cafe racer dengan fiber lebih mudah dibanding pelat. Resin dan serat fiber dimasukkan ke molding alias cetakan yang sudah diset buntut cafer race.
Nah, kalau memanfaatkan pelat sepintas mudah. Tinggal menekuk sesuai keinginan. “Enggak gitu bro. Kalau begitu, enggak bakal presisi. Tetap pakai cetakan dulu,” kata Eric yang sekarang lagi banyak menerima orderan modifikasi retro.
Setelah itu baru bertahap pelat ditekuk dan diketok untuk mengikuti pola yang dibuat dari karton. Untuk mengukur tingkat presisinya hanya memainkan kejelian tukang ketok alias tukang kenteng. Semakin halus dan rata, permukaan buntut butuh ahlinya ngenteng.
Kalau pakai fiber, enggak rata sedikit tinggal didempul. “Yang enggak umum ketebalan pelatnya. Saya pilih yang tebalnya 1,7 mm,” ulas Eric yang sekarang berbadan gempal.
Ketebalan pelat 1,7 mm untuk bodi motor, contohnya untuk buntut cafe race, terbilang jarang. Rata-rata menggunakan ketebalan 1,5 mm.
“Karena tebal, susahnya proses mengikuti tekukan. Makin tebal, kan makin susah ditekuk,” tutup Eric yang juga modifikator bodi kit mobil.
Tekuk habis! (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban depan : IRC 2,50 x 17
Ban belakang : IRC 3,00 x 17
Pelek depan : DID 1,85 x 17
Pelek belakang : DID2,50 x 17
Sokbreker belakang : Daytona