Honda BeAT milik tim SCMM Racing Team (SRT) Banjarbaru, Kalimantan Selatan, tanpa kesulitan menyabet podium 1 kelas Honda Matic 130 cc Standar Terbuka. Terlihat di Honda Racing Championship, Banjarbaru (15/7) lalu. Rumusan BeAT yang digas Dedet Dealova menganut kompresi menengah.
Tinggi rendahnya kompresi berpe-ngaruh dengan hasil daya yang dihasilkan. Semakin tinggi kompresi, semakin gede juga tenaga dikeluarkan. Tapi, tinggi-rendahnnya kompresi dipengaruhi beberapa faktor.
“Ini pengaruh dari desain sirkuit yang kombinasi. Ada tikungan yang mesti rolling, ada juga corner yang bikin putaran mesin lebih sering nutup gas. Termasuk juga, material mesin BeAT,” beber Nur Fatur Rahman, juru korek SRT yang pakai piston ukuran 54,5 mm dengan profil kepala seher jenong.
Fatur, panggilan Nur Fatur Rahman, mematok kompresi 13,5:1. Perbandingan ini dasarnya karakter sirkuit. Trek Murjani yang jadi lokasi HRC 2012 di Kalsel kombinasi tikungan yang rolling dan full braking. Artinya, rpm bisa bermain menengah-atas dan ada saatnya tenaga dikail dari putaran bawah.
Kombinasi seperti itulah yang jadi ukuran Fatur. Kompresi enggak bisa kelewat rendah atau terlalu tinggi. “Seandainya semua tikungannya full braking saya biasa pakai lebih tinggi. Biar tenaganya gampang dapat waktu keluar tikungan. Kalau balapan di Binuang yang sirkuitnya panjang sedikit di bawah 13,5:1,” ulas Fatur yang mengeset putaran mesin hampir 14.000 rpm.
Tapi, ukuran perbandingan saat piston menggebuk api busi BeAT garapan Fatur enggaklah tinggi. Angka 13,5 : 1 terhitung rendah kalau dia bandingkan dengan merek lain. Merek lain bisa diset di atas 13,5:1 dengan sirkuit yang sama.
“Kalau pakai skubek merek lain berani patok kompresi 14 : 1. Pakai BeAT, bisa masalah pakai kompresi tinggi. Kayaknya bahan baku komponennya enggak tahan kompresi tinggi,” kata Fatur yang berbadan tinggi besar.
Paling enggak, BeAT garapan Fatur jadi yang terbaik untuk tahun ini di Kalimantan. (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASITinggi rendahnya kompresi berpe-ngaruh dengan hasil daya yang dihasilkan. Semakin tinggi kompresi, semakin gede juga tenaga dikeluarkan. Tapi, tinggi-rendahnnya kompresi dipengaruhi beberapa faktor.
“Ini pengaruh dari desain sirkuit yang kombinasi. Ada tikungan yang mesti rolling, ada juga corner yang bikin putaran mesin lebih sering nutup gas. Termasuk juga, material mesin BeAT,” beber Nur Fatur Rahman, juru korek SRT yang pakai piston ukuran 54,5 mm dengan profil kepala seher jenong.
Fatur, panggilan Nur Fatur Rahman, mematok kompresi 13,5:1. Perbandingan ini dasarnya karakter sirkuit. Trek Murjani yang jadi lokasi HRC 2012 di Kalsel kombinasi tikungan yang rolling dan full braking. Artinya, rpm bisa bermain menengah-atas dan ada saatnya tenaga dikail dari putaran bawah.
Tapi, ukuran perbandingan saat piston menggebuk api busi BeAT garapan Fatur enggaklah tinggi. Angka 13,5 : 1 terhitung rendah kalau dia bandingkan dengan merek lain. Merek lain bisa diset di atas 13,5:1 dengan sirkuit yang sama.
“Kalau pakai skubek merek lain berani patok kompresi 14 : 1. Pakai BeAT, bisa masalah pakai kompresi tinggi. Kayaknya bahan baku komponennya enggak tahan kompresi tinggi,” kata Fatur yang berbadan tinggi besar.
Paling enggak, BeAT garapan Fatur jadi yang terbaik untuk tahun ini di Kalimantan. (motorplus-online.com)
Ban depan : FDR 80/90-14
Ban belakang : FDR 80/90-14
Pelek depan : Excel 1,65x14
Pelek belakang : Excel 1,65x14
Fatur: (0511) 6204499