Pilihan Motor Modifikasi Buat Difable, Matik Lebih Asyik

billy - Rabu, 18 Januari 2012 | 07:17 WIB

(billy - )


Bebek matik paling ideal dipakai difable
Kepolisian sudah mulai memperkenalkan SIM untuk para penyandang cacat atau difabel. Penerbitan SIM ini juga merupakan amanat dari Undang Undang No. 22 /2009 tentang Lalu Lintas. Artinya saat ini bagi penyandang cacat sudah bisa turun ke jalan bawa motor sendiri. Tentu saja motor yang dibawa sudah dimodifikasi supaya gampang dan aman.  

"Umumnya yang masih mau atau ingin naik motor itu adalah mereka yang cacat di bagian kaki. Apalagi jika sebelumnya mereka berkendara, pasti tetap ingin naik motor," kata Dimas Erlangga dari Diemaz Motor (DM) di Karawaci yang banyak mengerjakan motor seperti ini.

 Pengendara yang masih mungkin naik motor seperti ini apabila cacat di kaki. Tapi jika di tangan akan sangat susah, nyaris tidak mungkin lagi bawa motor.

Saat ini DM bahkan menjadi rekanan salah satu delaer Honda di wilayah Tangerang, Banten. Ordernya spesial membuat motor roda tiga khusus untuk customer yang difabel tadi. “Yang saya buat itu adalah Honda Revo AT," tambahnya.

Kenapa Revo AT? Apa sih keunggulan bebek matik alias betik seperti itu? "Karena untuk handling bebek lebih nyaman dibandingkan skubek," lanjutnya.

Ditambahkan lagi karena sudah mengadopsi transmisi otomatis, maka tinggal gas dan rem saja. "Tidak ada operasional oper gigi, makanya itu lebih memudahkan," yakin Dimas lagi.

Dalam hal memilih motor ini, Topo Godhel Atmodjo dari Tauco Custom (TC) yang juga pernah bikin, ikut memberikan komentar. "Memang matik lebih pas. Jadi, jika dibandingkan antara bebek biasa dan skubek, saya pasti akan menyarankan pakai skubek," mantap Topo.

Topo juga memberikan saran sebaiknya pilih skubek yang perawatannya gampang. Sebab jika rewel, maka ini akan menjadi beban atau masalah bagi saudara kita yang difabel tadi.

Langkah berikutnya adalah memilih model roda tiga yang dinginkan. Ada pilihan antara 2 roda di depan dengan 1 roda di belakang atau 2 roda dibelakang 1 roda di depan. Kedua modifikator tadi sepakat kalau yang terbaik saat ini adalah desain 2 roda di belakang.  "Sebab kalau 2 di depan konstruksinya susah, selain juga berbahaya karena gampang terbalik," cerita Dimas yang diiyakan Topo.

Selanjutnya tinggal menentukan cara penggerak roda tambahan  yang akan digunakan. Sampai saat ini ada tiga pilihan teknik yang bisa diterapkan. Tentu saja masing-masing mempunyai keunggulan dan kekurangan.

Pertama adalah dengan menggunakan gardan. "Ini paling stabil untuk pergerakan motor. Selain itu juga bisa dibuat gigi mundur," rinci Topo yang tampil nyentirk. Biasanya gardan yang dipakai adalah limbah. Artinya copotan kendaraan lain.

 Sok belakang jangan terlalu empuk karena gampang limbung(kiri). Sebaiknya rem belakang pakai cakram. Perawatan gampang dan lebih aman(kanan atas). Meski matik, kalau transfercase tetap pakai gir dan rantai buat belakang(kanan bawah).
"Kita bisa menggunakan gardan Bajaj roda 3, atau gardan dari motor roda tiga model bak buatan Cina," beber Dimas. Copotan dari gardan mobil bisa juga, misalnya dari Suzuki truntung atau mobil ber-cc kecil lainnya.

Nilai minusnya dari pemilihan cara ini adalah ongkos yang akan membengkak. Sebab harga gardan tadi juga lumayan mahal. Takutnya malah akan memberatkan si konsumen.

Cara kedua adalah dengan membuat transfer case. Ini cara yang paling banyak diaplikasi. Selain prosesnya lebih gampang, biayanya juga tidak terlalu mahal.

Dengan sistem ini biasanya dibuat roda belakang hanya 1 yang digerakkan mesin. Satunya tinggal ikut. "Sebaiknya transfer case ini dipasang padaroda sebelah kiri," saran Topo.

Alasannya karena sebelah kiri di matik bebannya lebih berat. Sehingga bagian itulah yang harus dibuat lebih stabil. Pemasangan transfer case juga akan membuat saat belok lebih stabil.

Sedangkan model ketiga adalah seperti sepeda anak-anak. Hanya dibuatkan sambungan. "Cara membuatnya sama seperti ketika membuat sespan," tambah Topo. Bicara kekurangannya, tarikan mesin pasti akan jadi lebih berat. Sedangkan nilai plusnya, biaya paling murah.

Urusan biaya sangat beragam. Baik Dimas dan Topo tidak bisa memberikan patokan harga pasti. Mulai dari Rp 5 juta sampai Rp 15 juta.    (motorplus-online.com)