Hanya saja, banyak merasa belum puas dengan kapasitas mesin 135 cc yang dianggap tanggung. “Kalau bisa 150 atau 160 cc pastinya bisa bersaing performa dengan sang kakak yang mengusung 180 cc,” jelas Cahyo yang menggeber Pulsar 135 versi bored-up.
Lantas apa saja sih, paketan yang bisa dipakai untuk mendongkrak volume mesin? Bicara spesifikasi, Kiki Gustiawan angkat bicara. Pasalnya, Pulsar 135 bored-up milik Cahyo hasil olahan bengkelnya.
Peningkatan kapasitas bisa leluasa karena jarak PCD (pitch circle diameter) Pulsar 135 cukup besar. “Mau pakai piston 60 mm juga masih bisa tanpa harus geser ke-4 stud,” urai Kiki di bengkelnya, Joery Racing di Kebon Jeruk, Jakbar.
Tetapi kalau mau versi harian, silakan bore-up pakai piston Suzuki Thunder 125 oversize 0.50. Bicara dimensi dan ukuran, identik dengan piston Pulsar 135. “Hanya saja, top piston agak nongol sekitar 1,4 mm,” terang Juki, panggilan sayang Kiki.
Untuk itu, sediakan paking blok alias adaptor aluminium untuk bisa membuat piston mendelep. “Buat paking aluminium setebal 1,5 mm agar piston bisa terbenam sekitar 0,1 mm,” terang pria ramah ini.
Buat Juki komposisi ini sudah pas karena top piston Thunder 125 memiliki desain flat top. Sementara pin piston tak ada masalah karena diameter sama persis dengan Pulsar 135, yakni 14 mm. Selesai sudah, Pulsar 135 langsung meningkat menjadi 152,6 cc bermodal piston 57,5 mm (oversize 0.50).
Tetapi kalau akselerasi tetap galak di putaran bawah, bisa bubut camshaft standar pada bagian pinggang alias LSA agar lebih ramping. “Bubut sedikit saja, paling banter 0,3 mm biar akselerasi terjaga karena kapasitas mesin yang sudah lebih besar,” terangnya.
Dengan perbandingan kompresi 11:1 dianggap masih layak pakai untuk harian dengan bahan bakar premium. Tetapi kalau mau yahud, jejali Pertamax 92 untuk lifetime mesin yang telah menghabiskan dana sekitar Rp 1,4 juta untuk bore-up ini. (motorplus.otomotifnet.com)