|
Jakarta - Meski belum lama bercokol di Tanah Air, salah satu motor sport asal India, yakni TVS Apache RTR 160 makin diminati. Bukan cuma banderolnya yang cukup bersahabat, Yakni Rp 17,5 juta (single disc) dan Rp 18,750 juta (double disc) on the road Jakarta dan sekitarnya. Melainkan juga karena perfomanya yang tak kalah tangguh dengan motor sekelas buatan Jepang.
Mau upgrade performa dapur pacunya juga tidak perlu bingung. Karena beberapa komponennya bisa mengaplikasi part performa aftermarket universal yang ada di pasaran.
Misal untuk sektor pengapian, bisa ganti koilnya pakai produk high performance jenis TCI guna mendongkrak kemampuan percikan api di ruang bakar. Koilnya sejenis dengan punya Suzuki Thunder 125 atau motor-motor injeksi pada umumnya dan lain-lain. Salah satu produk aftermarket yang cukup terbukti khasiatnya yaitu merek Protec seharga Rp 210 ribu.
Bisa juga ditambah dengan mengganti busi bawaan motor pakai tipe iridium. Busi jenis ini punya kemampuan menghantarkan listrik tegangan tinggi yang lebih baik dari jenis nickel. Oh iya, bila busi iridium yang hendak dipakai adalah merek Denso juga seperti bawaan motor, bisa gunakan tipe IU 20 atau IU 22. Banderolnya sekitar Rp 80 – 90 ribu.
Untuk CDI pun bisa saja gunakan produk BRT atau Andrion. “Tapi kami tidak sediakan soketnya. Karena soketnya berbeda dari kebanyakan motor yang dipasarkan di sini (Indonesia,red). Penyambungan kabel CDI-nya dilakukan secara manual,” terang Heri dari bagian technical service PT Trimentari Niaga, produsen CDI merek BRT.
Wah, kalau cara tersebut Anda anggap ribet, cukup pakai dua kombinasi yang sudah disebutkan tadi, yakni koil dan busi high performance. Berikutnya, bisa ditambah lagi dengan mengganti saluran gas buang pakai jenis free flow. Kebetulan di pasaran sudah ada beberapa produsen knalpot yang membuatnya untuk motor ini. Antara lain merek Stanlee yang dibanderol Rp 600 ribu dan SKR (Rp 350 ribu).
Oh iya, untuk kedua knalpot ini, kami juga sudah melakukan pengujian terpisah (kebet hal.27). Lantas kira-kira seperti apa ya performa mesin yang akan dihasilkan bila pemakaian koil dan busi high performance tadi dikombinasi dengan salah satu dari kedua knalpot. Kombinasi manakah yang mampu menghasilkan performa terbaik?
Oke, untuk mengetahuinya kami coba mengukur peningkatan tenaga maupun torsi mesin yang terjadi pakai mesin dyno merek Dynomite buatan Amerika milik Ultraspeed Racing (UR) di Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo (Jl. H. Mencong), Ciledug, Tagerang. Sebelumnya tenaga maupun torsi maksimum standar Apache diukur terlebih dulu.
Setelah itu koil dan busi diganti produk high performance yang tadi disebutkan. Lalu dikombinasi knalpot free flow. Dimulai dari merek Stanlee, trus SKR. Hasilnya silahkan lihat tabel Hasil Pengujian dyno.
Oh iya, kata Muhamad Supriyadi (salah satu mekanik UR), penggantian knalpot jenis free flow sebaiknya diiukuti dengan menaikkan ukuran pilot jet 1 step. Yakni dari 15 jadi 17,5. “Bisa pakai produk X-Treme seharga Rp 25 ribu,” bilang Choki, sapaan akrab Supriyadi. (motorplus.otomotifnet.com)
Mau upgrade performa dapur pacunya juga tidak perlu bingung. Karena beberapa komponennya bisa mengaplikasi part performa aftermarket universal yang ada di pasaran.
Misal untuk sektor pengapian, bisa ganti koilnya pakai produk high performance jenis TCI guna mendongkrak kemampuan percikan api di ruang bakar. Koilnya sejenis dengan punya Suzuki Thunder 125 atau motor-motor injeksi pada umumnya dan lain-lain. Salah satu produk aftermarket yang cukup terbukti khasiatnya yaitu merek Protec seharga Rp 210 ribu.
Bisa juga ditambah dengan mengganti busi bawaan motor pakai tipe iridium. Busi jenis ini punya kemampuan menghantarkan listrik tegangan tinggi yang lebih baik dari jenis nickel. Oh iya, bila busi iridium yang hendak dipakai adalah merek Denso juga seperti bawaan motor, bisa gunakan tipe IU 20 atau IU 22. Banderolnya sekitar Rp 80 – 90 ribu.
Grafik tenaga kombinasi koil + busi + knalpot Stanlee tampak agak drop mulai putaran 8.700 rpm. Menurut Choki kemungkinan butuh naik main jet 1 step
Untuk CDI pun bisa saja gunakan produk BRT atau Andrion. “Tapi kami tidak sediakan soketnya. Karena soketnya berbeda dari kebanyakan motor yang dipasarkan di sini (Indonesia,red). Penyambungan kabel CDI-nya dilakukan secara manual,” terang Heri dari bagian technical service PT Trimentari Niaga, produsen CDI merek BRT.
Wah, kalau cara tersebut Anda anggap ribet, cukup pakai dua kombinasi yang sudah disebutkan tadi, yakni koil dan busi high performance. Berikutnya, bisa ditambah lagi dengan mengganti saluran gas buang pakai jenis free flow. Kebetulan di pasaran sudah ada beberapa produsen knalpot yang membuatnya untuk motor ini. Antara lain merek Stanlee yang dibanderol Rp 600 ribu dan SKR (Rp 350 ribu).
Oh iya, untuk kedua knalpot ini, kami juga sudah melakukan pengujian terpisah (kebet hal.27). Lantas kira-kira seperti apa ya performa mesin yang akan dihasilkan bila pemakaian koil dan busi high performance tadi dikombinasi dengan salah satu dari kedua knalpot. Kombinasi manakah yang mampu menghasilkan performa terbaik?
Grafik tenaga pada kombinasi knalpot SKR menunjukkan power mesin terus ngisi hingga rpm 9.000-an
Oke, untuk mengetahuinya kami coba mengukur peningkatan tenaga maupun torsi mesin yang terjadi pakai mesin dyno merek Dynomite buatan Amerika milik Ultraspeed Racing (UR) di Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo (Jl. H. Mencong), Ciledug, Tagerang. Sebelumnya tenaga maupun torsi maksimum standar Apache diukur terlebih dulu.
Setelah itu koil dan busi diganti produk high performance yang tadi disebutkan. Lalu dikombinasi knalpot free flow. Dimulai dari merek Stanlee, trus SKR. Hasilnya silahkan lihat tabel Hasil Pengujian dyno.
Oh iya, kata Muhamad Supriyadi (salah satu mekanik UR), penggantian knalpot jenis free flow sebaiknya diiukuti dengan menaikkan ukuran pilot jet 1 step. Yakni dari 15 jadi 17,5. “Bisa pakai produk X-Treme seharga Rp 25 ribu,” bilang Choki, sapaan akrab Supriyadi. (motorplus.otomotifnet.com)