Berkendara di Usia Lanjut, Rawan Dementia Senilis

billy - Rabu, 3 April 2013 | 17:09 WIB

(billy - )


Sesuai dengan kodrat, makin bertambah usia kondisi fisik makin berkurang. Kondisi ini akan menurun terus setelah menjelang usia 40 tahun. Proses ini merupakan alami.

Penglihatan makin kabur, respon tubuh juga semakin rendah. Namun demikian, meski usia tinggi, keinginan untuk terus berkendara tetap tinggi. Motor jadi pilihan utama meski kondisi tubuh terus menurun karena faktor umur.

“Memang sehari-hari naik motor. Tidak ada perbedaan mencolok. Paling sekarang ini cepat capek aja kalau sudah terlalu lama naik motor,” kata Hengki, seorang pengendara yang tahun ini memasuki usia 50 tahun. Ia sejak masih remaja berkendara untuk menunjang pekerjaannya.

Dr. Alifa, seorang neurology memberikan pandangan terhadap aktivitas para pengendara yang sudah memasuki usia lanjut. “Gangguan motorik biasanya terjadi pada seseorang yang sudah melewati usia 60. Seiring usia gangguan seperti ini dirasa masih sangat normal,” kata dokter bertugas di Rumah Sakit Puri Indah, Jakarta Barat.

Penyakit karena faktor usia ini menurut dr. Alifa disebut dementia senilis. “Seseorang yang menderita penyakit ini mengalami gangguan kecepatan respon, keseimbangan dan refleks,” rincinya.

Karena itu, untuk pengendara yang memasuki ‘usia rawan’ mesti diwaspadai kondisi tubuh yang makin menurun. Terlebih lagi pengendara yang berada di usia itu biasanya rentan terhadap penyakit ‘ikutan’ seperti diabetes, stroke dan vertigo. “Untuk penderita diabetes kalau dalam kondisi gula darahnya tinggi, bisa mengalami black out,” sebutnya.

Andri Saputra, kordinator Yamaha Racing Academy menilai secara alami memang ‘faktor alam’ ini tidak boleh dilawan. “Kalau sinyal dalam tubuh sudah menyatakan kondisi sudah tidak fit, sebaiknya memang tidak usah menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi harian.

Namun, faktor usia bukan menjadi larangan dalam berkendara. Ada yang usianya sudah tua namun bisa memelihara kondisi tubuh dengan baik, orang seperti ini tentunya masih memiliki respon dan refleks baik.”

Selalu Berfikiran Positif

Meski memiliki kelemahan karena faktor usia, menurut Andri sebagai pengendara dengan usia yang sangat matang itu, secara emosi pengendara uzur jauh lebih tenang.

“Faktor di luar skill yang sangat berpengaruh adalah mental dan emosi. Pengendara berpengalaman umumnya memiliki emosi yang jauh lebih stabil ketimbang ABG,” katanya.

Jika dilihat dari sebaran kecelakaan yang pernah dilansir WHO ada benarnya juga pernyataan itu. Jumlah kecelakaan paling besar menimpa pengendara di usia 14-20 tahun.

“Jadi yang paling penting adalah mind-set dari pengendara itu sendiri. Dalam diri pengendara harus memiliki pikiran positif, dia sduah melakukan aktvitas berkendara dengan baik, taat aturan dan tentunya juga berusaha untuk menerapkan kaidah keselamatan selama berkendara,” tegas Andri Saputra. (motorplus-online.com)