Lepas dari Sitinjau dan kota Solok akhirnya perut keroncongan dari pagi terisi dengan menyantap sate Mak Syukur di daerah Padang Panjang. Inilah kuliner khas Minangkabau yang kesohor itu. Kemudian rombongan langsung mengarah ke desa wisata Pandai Sikek yang terkenal dengan kerajinan tenun. Tantangan berikutnya adalah kawasan wisata Puncak Lawang yang berdiri 1.200 meter dari permukaan laut. Lokasi ini dikenal sebagai tempat diselenggarakannya kejuaraan paralayang dengan pemandangan Danau Maninjau di bawahnya.
Menuju Puncak Lawang seisi mobil bagai dikocok blender. Jalannya menikung naik-turun. Secara umum handling Delica boleh diacungi jempol. Gejala body roll amat minim padahal bobotnya terbilang bongsor. Fitur ACS sangat membantu dalam menjaga kestabilan meski ground clearancenya terbilang tinggi. Ketika pulang suguhan treknya masih sama. Saya mencoba duduk di kursi row ketiga. Saya pikir bakal kebanting-banting, eh, ternyata enggak tuh.
Akhirnya selepas maghrib kami finish di hotel di kawasan Bukittinggi. Sehari itu berdasarkan MID kami menempuh jarak 295 km dengan rata-rata konsumsi BBM 12,9 liter/100 kilometer. No bad-lah dengan kondisi jalanan ekstem yang sudah kami lalui di tanjakan Sitinjau dan Puncak Lawang dimana pedal gas kadang kami bejek habis. Tunggu petualangan Delica berikutnya melibas rute Bukittinggi-Pekanbaru. (mobil.otomotifnet.com)