Meskipun bukan orang Eropa, tapi ia menanamkan karakter tersebut pada modifikasinya. “Gue demen mobil kencang, sebelum ini gue pakai Lancer Evo 8,” buka Jetro, panggilan akrabnya.
Walaupun eksteriornya modis, namun GTI ini alami banyak rombakan pada sektor mesin. Sebut saja ECU yang memakai chip APR Stage II. “Pakai APR Stage II ini harus ganti downpipe sama intake dulu, baru bisa dipasang,” tukasnya tentang perangkat seharga Rp 18,5 juta.
Tidak masalah, karena sebelumnya sudah memasang downpipe ATP 3 inci. “Downpipe ini enggak ada katalitik dan resonatornya, jadi sekarang bunyi knalpotnya berisik, hehehe…” kekeh Jetro.
Lantas saluran gas buang diganti semua dengan Remus seharga Rp 14 juta. Pemasangan tiga item ini sudah menaikkan tenaga GTI secara signifikan, namun tetap belum memuaskan Jetro.
Ubahan berlanjut pada penggantian puli dari Neuspeed. “Mau ngejar putaran bawah, soalnya terasa ada lag-nya,” keluhnya. Waktu itu ia juga berniat memasang big turbo, “Tapi putaran bawahnya lambat, enggak jadi deh, terus biayanya juga mahal banget,” ucap pehobi basket ini.
Karena itulah ia lebih senang memaksimalkan putaran bawah. Seperti pemasangan piping intercooler custom. “Desainnya nyontek punya Neuspeed di mobil temen, harganya lebih murah dan ubahannya terasa, hahaha…” gelaknya.
ria kelahiran 21 tahun lalu ini mengklaim menggunakan spek DOT-5, karena GTI punya kelemahan pada perangkat remnya, apalagi jika sering dipakai hard braking.
Minyak rem standar jadi kurang maksimal ketika bekerja di suhu sangat tinggi. “Jadi kurang pakem, dulu waktu turun Time Attack bablas masuk gravel, haha…” kenang mahasiswa jurusan teknik mesin.
Selain itu, ia juga sering memacu kencang GTI-nya. “Top speed gue pernah sampai 270 km/jam,” tutur pria berpostur tinggi ini.
Agar handling lebih stabil, digunakan KW Suspension. “Tadi pakai sport kit H&R, tapi kurang bagus,” jelasnya. Coilover yang dipakai adalah V3, jadi bisa diatur damper, ride height, serta rebound-nya. Dengan ubahan yang dilakukan, menurut pria berambut ikal ini torsinya naik jauh menjadi 400 Nm dengan tenaga kuda sekitar 300 HP (tadinya 200 HP).
“Tapi masih nyaman dipakai harian walau dengan boost 1,3 bar, buktinya nyokap gue aja suka pinjam, hehehe…” tutup Jetro.
|
Velg yang dipakai ini adalah HRE 547 custom order. “Request ke HRE-nya, spek yang pas untuk MK-V,” kenangnya. Datanglah 547 dengan spek ajaib, 20x8,25 inci offset 48 (depan) dan 20x8,75 offset 42 (belakang).
“Kalau HRE kadang memang begitu ukurannya,” ucap Jetro. Ia juga mengklaim, HRE lebih ringan bobotnya dibandingkan velg standar Golf. “Karena dia full forged,” lengkapnya.
Kenapa dipilih tipe 547? “Pertama, 547 tipe HRE terakhir yang masih step lip, itu yang gue incar,” tukasnya.
“Kedua, harganya enggak semahal yang seri 8 atau 9,” lanjut Jetro lagi. Harga untuk 547 ini menurut Jetro sekitar US$5,000. Ia membelinya melalui Concept Motorsport, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
“Pertama datang, tengahnya black matte, lips-nya high polish,” jelas pria penikmat musik easy listening tersebut. Karena bosan, diganti warna merah pada spoke-nya dan putih di lips-nya. Lucunya, karena penggantian warna velg ini, Jetro berniat untuk mengecat ulang mobilnya. “Warna putih di velgnya lebih putih dibanding warna mobil gue, hahaha…”
GANTI VELG JETTA VERSION
Kalau kamu jeli, pasti akan sadar kalau bemper depan GTI milik Jetro ini berbeda. “Pakai bempernya Jetta, GTI versi sedan kalau di Jerman sana,” cuapnya. Dibeli langsung dari Amerika, “Teman ada yang nawarin, kondisi bagus karena bekas show car, dan bobotnya jauh lebih ringan dibanding standar,” jelas Jetro.
Selain ringan, juga dilengkapi dengan air ducting. Air ducting berguna mengarahkan udara dari depan ke arah rem, jadi membantu pendinginan komponen rem. “Tapi harus lepas plastik yang di dalam fender dulu,” ungkap pria ramah ini. (mobil.otomotifnet.com)