Setelah mengumpulkan brosur beberapa merek mobil, eh ia malah bingung ketika mengamati data speknya. Terutama mengenai tenaga mesin dan momen puntir (torsi). Pilih mana ya, tenaga besar atau torsi yang tinggi?
"Tenaga (horse power/HP) berhubungan dengan kencang, misal dipakai di jalan tol. Kalau torsi arahnya untuk menanjak seperti jalan di Puncak. Untuk keperluan dalam kota, pilih torsi. Kalau lebih banyak dipakai ke luar kota, lihat HP-nya," ujar Iwan Abdurahman, Section Head Technical Service Division PT Toyota Astra Motor (TAM).
Technical & Training Manager PT Garuda Mataram Motor, Eko Yulianto, menimpali, "Yang lebih penting itu, dan ini yang banyak orang lupa, torsi."
Disebutkan mobil-mobil Eropa didesain menghasilkan torsi dengan rpm rendah flat. "Misal torsi maksimal 300 Nm mulai 1.800-4.900 rpm. Tenaga tidak pernah kosong dari tarikan bawah sampai atas," lanjut Eko.
Hal senada diungkap Iwan, "Contohnya torsi maksimum ditulis di data spek 100 Nm/4.000 rpm. Kalau bisa sih, rpm-nya lebih rendah, berarti dapat tenaga dengan rpm tidak tinggi."
Torsi lebih bermanfaat di kondisi jalan perkotaan
Keuntungan lain, mereka menyebut pengaruhnya pada irit pemakaian BBM, pengemudi tak perlu menginjak pedal gas dalam-dalam. "Dari apsek keselamatan, enak digunakan saat menyalip, daya dorong dan respons cepat. Kalau pakai torsi pas-pasan, tenaga bisa ngempos," tutur Eko.
Yang berpatokan pada HP, seandainya di data spek sama-sama 110 HP, tetapi rpm-nya berbeda, 4.000 dan 6.000. Artinya yang 4.000 rpm itu mendekati ke puncak tenaga maksimum 110 HP. Sedangkan yang 6.000 rpm masih setengahnya.
Dengan uraian di atas, Yanto akhirnya mulai mengerti, kalau kesehariannya lebih banyak berkendara di dalam kota, ia akan lebih memperhatikan torsi dibanding tenaga. (mobil.otomotifnet.com)