Standar
Substitusi yang dimaksud di sini mengandalkan pelek standar bawaan varian lain, yang lebih mengedepankan unsur ketahanan ketimbang penampilan. Namun begitu, meski sepintas dimensinya terlihat serupa, terkadang belum tentu sama dengan kaki-kaki bawaan mobil.
Makanya, wajib mencermati karakteristik tiap lingkar roda yang bakal dijadikan penggantinya. Menurut Wibowo Santosa dari Permaisuri Ban di daerah Mahakam, Jaksel, setiap mobil pasti memiliki desain pelek yang berbeda satu dengan lainnya.
Bowo, begitu Ia biasa disapa, menyarankan agar setiap pemilik mobil yang ingin menerapkan metoda substitusi ini, perlu memperhatikan hal teknis yang memang sangat vital. Lantaran nantinya akan berpengaruh pada kenyamanan serta keselamatan berkendara.
Seperti center bore yang mesti dijadikan patokan awal. Posisi celah hub roda terhadap lubang tengah pelek tadi harus segaris. Agar tak memicu kerusakan pelek itu, termasuk bagian teromol dan jeroannya.
Lalu, perhatikan pula ukuran PCD (jarak antar lubang baut) serta level off side ( jarak keluar atau masuk dari tengah ke bibir pelek). Saat ini memang banyak pilihan ukuran PCD yang sama. Semisal PCD 4x100 yang sebenarnya jika diukur lebih detil, masih mungkin tidak sama persis dengan posisi lubang baut pada pelek bawaan asli mobil.
Celah hub roda dengan lubang tengah pelek harus sama posisinya(kiri) Ukuran PCD sangat menentukan kepresisian posisi dari pelek pengganti(kanan)
Jika dianggap sudah sesuai dengan konstruksi kaki-kaki bawaan mobil, sebaiknya tidak mengganti baut asli pelek. Pertimbangannya lebih pada kecocokan ulir dengan baut, meski sama-sama punya ukuran PCD 4x100, untuk menghindari slek atau keausan pada bagian besi ulir yang menjadi pemegang pelek paling luar.
Kemungkinan yang cukup aman untuk substitusi pelek dengan bawaan mobil lain, dengan menukarnya dari copotan satu merek. Semisal dari Toyota buat dipakai ke varian Toyota juga, namun tak menutup kemungkinan jika ada kecocokan dari merek dan tipe yang lain.
Seperti dilakoni Ricky Herman, pemilik Toyota Kijang Innova G 2.5L diesel matik 2011. Lantaran ingin tampil beda di depan teman-temannya, Ia lantas mengadopsi pelek kaleng lungsuran dari Toyota Harrier.
Idealnya diameter pelek substitusi tidak naik berlebihan |
Pertimbangan Ricky untuk mengganti pelek standar Innova miliknya, lantaran Ia meyakini kalau durabilitas pelek asli dari mobil lain jauh lebih bagus ketimbang versi aftermarket.
“Apalagi pakai pelek kaleng (besi), pastinya lebih kuat. Sehingga lebih aman buat melintasi jalur yang rusak, meskipun bobot kendaraan jadi lebih berat, dibandingkan kalau pakai pelek alloy.”
Pilihan lain buat Innova juga bisa pakai pelek standar Toyota Rush (5x114,3), Honda CR-V (5x114,3) atau Suzuki Grand Vitara (5x114.3). Sementara varian satu merek lainnya seperti Honda Jazz dan City, atau Toyota Yaris dan Vios, bisa saling tukar-pakai buat mengubah penampilan pakai kepunyaan Honda Freed. Lantaran punya kesamaan ukuran PCD, yaitu 4x100.
Silakan dibuktikan. (mobil.otomotifnet.com)