Untuk mewujudkan itu, Instistute for Transpormation & Development Policy (ITDP) selaku lembaga swadaya masyarakat telah melakukan paparan kepada Joko Widodo selaku Gubernur DKI Jakarta baru-baru ini.
“Konsepnya memang komprehensif. Dari desain Kopaja dan Metromini untuk menyesuaikan dengan halte busway yang lebih tinggi, rute yang dipilih, pengembangan halte hingga sistem operasi karena penumpang Kopaja dan Metromini tak perlu bayar lagi ketika transfer ke Transjakarta,” ujar Yoga Adiwinarto, Direktur ITDP.
Semua bertujuan untuk mewujudkan high capacity bus rapid transit (BRT) system di Jakarta yang dinilai saat ini masih terlalu rendah dibanding hal sama di kota Guangzhou (Cina) dan Bogota (Kolombia).
Halte itu, tambah pria berkacamata ini, perlu dikembangkan untuk dapat menampung jumlah frekuensi bus yang lebih banyak lagi. ‘Pengembangan halte diarahkan untuk penambahan jumlah bus yang dapat berhenti pada satu waktu, penambahan luas area tunggu untuk penumpang serta konsep sub stop untuk mempercepat naik turun penumpang,” lanjut alumni transportasi Leicester, Inggris ini.
Pengembangan halte GOR Sumantri Brojonegoro, Kuningan, menjadi contohnya. Di sini akan dibangun sub stop menjadi 2 dengan masing-masing 2 set pintu. Lalu jumlah bus yang dapat berhenti di halte pada satu waktu : 3 artic bus, 4 single bus, 6 medium bus. Kemudian panjang halte dari mulai loket hingga ujung menjadi 105 meter (sebelumnya hanya sekitar 30 meter).
Lalu juga akan dibangun pengembangan overtaking lane. Overtaking (mendahului) merupakan satu persyaratan dalam mengimplementasikan direct service. Adanya overtaking lane di Jalan HR Rasuna Said, maka jumlah jalur di area halte akan berkurang menjadi 3 lajur.
Pada halte busway modern itu justru lebih banyak terbuka ruangannya. Jadi tidak perlu memakai Air Conditioning maupun kipas angin. Karena sejatinya halte itu ada di ruangan terbuka dan terdapat pepohonan juga.
“Sudah bagus, dan memang seharusnya begitu, halte busway harus bagus, aman, dan nyaman untuk semua moda transportasi. Perluasan halte tersebut terkait dengan rencana integrasi angkutan umum nonbusway masuk ke jalur busway,” ujar Darmaningtyas, wakil ketua Masyarakat Transportasi Indonesia.
Tyas yang memang setiap hari naik Transjakarta memang senang melihat beberapa halte seperti di Harmoni dan halte stasiun Kota sedang diperpanjang dan renovasi. “Ini menunjukkan Pemprov tanggap akan kebutuhan transportasi yang mendesak dan dinamis,” sebut Tyas. (mobil.otomotifnet.com)