Pertanyaan seputar rasionalitas mobil listrik mengaspal di Indonesia mengurai nada pesimis masyarakat. “Apakah tidak ribet? Bagaimana cara ‘ngecasnya’? Apakah bisa menggunakan listrik rumah?,” ucap Nouvan, salah satu masyarakat yang ditanyai soal pendapatnya mengenai prospek mobil listrik.
Pertanyaan tersebut secara tidak langsung telah dijawab Menteri BUMN, Dahlan Iskan yang menginstruksikan PLN untuk membuat Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU). Rencananya akan dibuat di sejumlah kantor perusahaan milik Negara dan kementerian. Biayanya, 1 jam cukup bayar Rp 2.000.
Saat ini terdapat 3 buah SPLU yang telah sukses terpasang. Diantaranya 2 buah di kantor PLN wilayah distribusi Jakarta dan Tangerang, serta 1 buah di kantor Kementerian BUMN. SPLU menjadi bukti bahwa pembangunan infrastruktur mobil listrik sangat mudah dilakukan. Hal ini diungkapkan Dahlan Iskan pada saat peresmian SPLU di kantor PLN Jakarta.
Secara bentuk, SPLU ini mirip anjungan telepon umum berupa tiang dan terlindung boks ber-canopy. Pengoperasiannya pun menggunakan uang koin. Nah untuk mengetahui cara kerja SPLU ini, OTOMOTIF langsung menghubungi Dody Suhendra yang merupakan perancang dan perakit SPLU. “SPLU ini berkerja sesuai koin yang dimasukkan. Mulai dari pecahan Rp 100, Rp 200, Rp 500 dan Rp 1000,” buka Dody, yang menjabat sebagai Asisten Engineer Analisa dan Evaluasi Automatic Meter Reading PT PLN Jakarta.
Satuan yang diperoleh untuk pengisian menggunakan koin adalah berdasarkan waktu. Artinya jika mengisi dengan nominal Rp 500, maka durasi daya yang diterima senilai dengan Rp 500 tersebut. “Spesifikasi SPLU ini memiliki Arus 32 ampere, tegangan 220 V dan daya 7 KW,” beber Dody yang dikenal sebagai juara 1 Kontes Robot Nasional 2010 ini.
“Jika ada koin dimasukin lagi, maka nilai kwh dan waktu akan ditambah dengan sisa waktu dan kwh berjalan. Jika tidak, counter akan menghitung sampai sisa waktu dan kwh habis. Jika salah satu dari kedua parameter itu habis, maka relai akan terbuka sehingga output stop kontak kehilangan tegangan. Selain itu jika koin sudah dimasukan selama selang waktu satu menit namun output stop kontak tidak digunakan, maka sistem akan off secara otomatis untuk menghindari bahaya listrik kepada anak-anak,” sambung Dody.
Durasi pengisian ditampilkan melalui display yang ada dimuka boks SPLU. “Dari tampilan ini bakal terlihat durasi pengisian sesuai dengan nominal koin yang dimasukkan. Saat ini untuk me-recharge selama 1 jam cukup memasukan koin senilai Rp 2000. Namun kedepannya akan disesuaikan dengan Tarif Dasar Listrik (TDL),” bilang Dody.
Menurut Dody, dalam pengecasan selama 1 jam diperoleh daya 7,4 KWH. “Hasil tersebut didapat dari tegangan dikali arus kemudian dikali waktu (W=V.I.T), maka diperoleh 7,4 KWH,” urai Dody menerangkan.
SPLU ini tidak dilengkapi kabel untuk dihubungkan ke panel recharge pada mobil listrik. Sehingga kabelnya harus disediakan di mobil listrik sebagai kabel bawaan, kemudian baru dicolok ke SPLU. Untuk stop kontaknya sudah tersedia 2 jenis, yakni kaki 2 dan kaki 3. “SPLU dilengkapi limiter arus sebagai proteksi, sehingga jika dimaanfaatkan untuk mengisi baterai handphone hasilnya akan lama. Karena arusnya dibatasi hanya 32 ampere,” katanya lagi.
Untuk membangun satu buah SPLU tidak membutuhkan lahan yang luas layaknya pom bensin. “Satu buah SPLU dapat diselesaikan dengan investasi Rp 12 juta hingga Rp 13 juta untuk mesin, canopy dan tiangnya. Namun untuk komplit beserta travo, kabel instalasi dan pondasinya maka investasi totalnya hanya Rp 20 jutaan,” papar Dody. (mobil.otomotifnet.com)