MotoGP : Honda Tegaskan Lagi Akan Hengkang Dari MotoGP Jika Software Dikontrol

Kamis, 13 Februari 2014 | 12:16 WIB


Regulasi MotoGP untuk musim 2014 telah menentukan penggunaan ECU Magneti Marelli sebagai perangkat keras wajib buat semua tim. Memang khusus buat Factory Class, masing-masing pabrikan masih dibebaskan menggunakan software hasil pengembangan sendiri dengan kompensasi pengurangan bahan bakar, penggunaan mesin selama satu musim dan pembekuan pengembangan mesin selama musim berjalan.

Namun Shuhei Nakamoto, Vice President HRC tetap menyerukan keberatan Honda akan kemungkinan pengontrolan ECU di MotoGP. Hal ini terkait wacana format regulasi baru yang akan diberlakukan seiring berakhirnya regulasi musim ini pada 2016 nanti. Carmelo Ezpeleta menyuarakan wacana ini dengan inti regulasi adalah mewajibkan semua tim tanpa terkecuali menggunakan hardware dan software yang sama. Pembatasan perangkat keras dan lunak dari elektronik motor ini akan bisa membatasi juga bantuan elektronik kepada rider.

"Kalau MotoGP merupakan motor Open Class semua? Ini adalah ide Carmelo (Ezpeleta, Red). Posisi Honda sudah jelas. Honda berada di sini, kami tertarik untuk mengembangkan mesin. Kalau kami tidak bisa mengembangkan mesin di sini, kami kehilangan kesempatan kami untuk melanjutkan balap," timpal Nakamoto.

"Hal ini adalah opini dari jajaran tertinggi Honda. Bukan opini saya. Kalau regulas mengatakan 'Anda tidak bisa mengembangkan software, semua sudah ditetapkan'. Seketika itu juga Honda berhenti balap," tegasnya.

MotoGP sebagai balap terkencang sejagat memang jor-joran soal teknologi. Namun beberapa pembatasan finansial telah dilakukan dengan menitikberatkan pada beberapa sektor. Misalnya soal durabilitas mesin, hanya lima mesin yang boleh dipakai sepanjang musim, berkurang dari enam mesin di musim lalu. Artinya ada pemangkasan biaya pembuatan satu mesin, sehingga insinyur ditantang membuat mesin yang lebih tahan lama. Ditambah pembatasan bahan bakar, ujung-ujungnya mengurangi performa dengan asumsi memperpanjang usia pakai mesin juga.

"Bertahun-tahun lalu, desainer mesin balap hanya berkonsentrasi membuat mesin bertenaga besar. Sekarang insinyur harus menjaga performa sementara membuat mesin yang tahan lama. Kami menemukan teknologi menarik lain dan material teknis dari situ. Hal ini cukup berguna di masa depan," tambahnya.

"Kami menemukan lebih banyak lagi dengan perubahan bahan bakar dari 21 liter menjadi 20 liter tahun ini. Dengan 24 liter, kami tidak menemukan apa-apa. Tetapi 20 liter, lima mesin dan software adalah area penting pada motor di masa depan," lanjutnya. (otosport.co.id)