ARRC Sentul Kurang Minat, Lebih Pilih Indoprix

billy - Sabtu, 16 Juni 2012 | 16:16 WIB

(billy - )


Pentas Asia Road Race Championship (ARRC) menjadi satu-satunya event internasional yang paling masuk akal dijangkau budget tim road race Indonesia dengan turun di kelas Underbone 4-tak 115 cc melawan pembalap Malaysia, Filipina dan Thailand. Berkeliling dari Malaysia, Indonesia, Taiwan, Jepang dan China hingga menjadi peluang merasakan pengalaman di beragam sirkuit Asia

Soal penyelenggaraan dan kualitas event milik Ron Hogg dari promotor Two Wheels Motor Racing (TWMR) punya standar cukup tinggi karena dikelola secara profesional. Contohnya soal jadwal dan lokasi penyelenggaraan yang jarang sekali berubah sejak dipublikasikan di awal tahun dengan akses ke situs TWMR yang rajin update informasi terakhir.

Seolah berbalik dengan event Indoprix yang diklaim oleh PP IMI sebagai puncak balap motor bebek di Indonesia tapi kurang kualitas penyelenggaraan dari segi publikasi, pengelolaan dan pengembangan. Jadwal dan lokasi balap bisa berubah menjelang hari H, sepinya penonton di sirkuit hingga tak ada improvisasi pilihan sirkuit.

Tapi buat mayoritas tim road race Indonesia, Indoprix punya pesona tersendiri dengan tingkat persaingan super ketat dengan dukungan langsung prinsipal Suzuki, Yamaha, Honda dan Kawasaki plus vendornya. Regulasi teknik Indoprix yang sangat terbuka membuat kreasi mekanik sampai ke taraf ekstrem dan membuat motor bebek Indoprix punya spesifikasi paling bebas di Asia Tenggara.

Alhasil soal riset motor Indoprix ditambah transportasi dan akomodasi biayanya sangat tinggi hingga budget per tahun tim yang turun Indoprix jadi besar. Tapi atas nama kepentingan sponsor dengan kucuran dananya masuk ke Indoprix yang disiarkan langsung di stasiun televisi nasional swasta membuat tim peserta Indoprix tak kapok meski di akhir tahun jadi nombok.

Padahal mesti terbang ke beberapa negara, biaya ikut ARRC tak lantas jadi meroket karena untuk pengiriman motor dan perlengkapannya menjadi tanggungan TWMR, tim peserta tinggal memasukan motor plus komponennya di peti kemas setelah balap.

Urusan pembayaran kargo ini sudah include saat pendaftaran pertama. “Termasuk biaya hotel pun kerap disubsidi oleh TWMR, tanggungan kita tinggal cari tiket pesawatnya,” kata Robert Cong yang dulu pernah mengurusi tim Suzuki AHRS ikut ARRC di 2008.

Mayoritas tim Motoprix dan Indoprix nampak masih takut-takut untuk menjajal dengan berbagai alasan terutama soal khawatir soal biaya dan minimnya informasi plus akses. Padahal dari hitung-hitungan balap keliling Asia totalnya akan lebih murah dari biaya ikut Indoprix.

Dengan segala kemudahan yang ditawarkan TWMR ini, nyatanya tak lalu membuat minat peserta dari Indonesia untuk ikut kelas bebek Asia terus naik alias stagnan. Peserta tetap dari 2 tahun terakhir adalah Kawasaki Manual Tech, tim Star Motor yang kini beralih ke Honda dan Yamaha Tunggal Jaya, masing-masing mengirim 2 pembalap.

“Industri sepeda motor Indonesia masih melihat kepentingan promosinya lebih pas di Indoprix, ketimbang ke balap Asia,” kata Heru Purwoko, wakil marketing PT Federal Karyatama yang memproduksi oli Federal Oil.

Industri sepeda motor dengan pendukungnya masih punya orientasi menang dan mendominasi di Indoprix ketimbang mengirim banyak timnya untuk ikut balap di ARRC. Terutama peran APM sebagai kunci karena mereka beranggapan balap di Indoprix bisa langsung kena mendongkrak penjualan produknya.

Memang langkah promosi mengelontorkan dana bermilyar-milyar rupiah ke Indoprix oleh pabrikan tak salah tapi akan lebih elok jika memikirkan langkah pembinaan lain yang lebih jelas arah dan jenjangnya selain aktif di Indoprix semata. (otosport.co.id)