Sang direktur balap Pirelli Giorgio Barbier justru menuding kesalahan terletak pada para pembalap dan tim yang tidak mau mengikuti anjuran Pirelli.
"Berkali-kali kami menganjurkan mereka untuk menggunakan ban intermediate (semi basah) namun mereka mengabaikannya dengan tetap menggunakan ban basah. Padahal kami yakin ban intermediate sudah cukup untuk menghadapi sliding di sebagian Sirkuit Monza yang masih basah," kesal Barbier.
Ia mengatakan Pirelli menganjurkan ban intermediate bukan ban hujan karena setengah lintasan Sirkuit Monza dalam keadaan kering. Apalagi ternyata mayoritas bagian sirkuit yang kering justru terletak di trek lurus dimana pembalap memacu dengan kecepatan tinggi.
"Ban basah hanya memiliki kekuatan untuk menahan performa 50-60 persen dari power maksimal motor. Sedangkan kombinasi dua trek Lurus Monza dalam keadaan kering bisa membuat ban memanas hingga 200 derajat celcius. Dua kondisi paradoks inilah yang membuat ban bisa meleleh. Tapi kami sudah memperhitungkan kekuatannya sehingga tidak mungkin meletus!" tambahnya.
Kondisi ban yang menampakkan kerusakan setelah tiga lap kualifikasi tersebut membuat beberapa pembalap ragu menggunakan ban hujan. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu pemicu dihentikannya balapan WSBK Monza ketika hujan turun sehingga para pembalap tetap bertahan memilih ban kering.
Menurut Barbier, balapan masih bisa dilanjutkan jika para pembalap mau mengikuti anjuran Pirelli untuk menggunakan ban kering. Buktinya dari semua kelas yang dipertandingkan (Superstock 600, Superstock 1000 dan WSS) hanya kelas WSBK saja yang gagal melaksanakan balapan. (otosport.co.id)