OTOMOTIFNET - Rangkaian kejuaraan nasional slalom 2009 sudah berjalan. Tiap seri tak pernah kurang dari 170 peserta ikut ambil bagian, dan hadiah utama Toyota Yaris sudah berpindah tempat menuju garasi sang pemenang.
Namun di tengah hingar bingar penyelenggaraan sebenarnya kejurnas slalom 2009 menyimpan banyak potensi unjuk dana. Apa saja ya?
MODIFIKASI EKSTREM
Tak akan pernah ada yang menyangsikan jika kejurnas slalom hidup kembali paling tidak dua tahun belakangan ini. Bisa terjadi berkat adanya reformulasi terhadap aturan-aturan yang sebelumnya dipakai. Baik itu aturan mobil yang layak mengikuti kelas kejurnas sampai regulasi teknis.
Selama dua tahun penyelenggaraan di bawah pronas, dua kali pula terjadi perubahan regulasi. Aturan teknis 2009 dianggap merupakan penyempurnaan dari 2008, namun belum juga menyentuh dan menarik minat banyak ATPM untuk ikut serta.
"Jujur saja untuk 2009 ini kita memang kecolongan. Ada kata-kata yang dipakai oleh peserta untuk melakukan modifikasi," ucap Vito Siagian, koordinator komisi slalom. Kata-kata yang dimaksud yakni "tampak luar standar".
Dengan kata-kata tersebut, peserta boleh-boleh saja melakukan modifikasi ekstrem di mesin. "Mengacu pada regulasi yang ada seandainya semua komponen internal mesin diganti dengan yang kompetisi diperbolehkan, asal tampak luar mesin masih seperti asli bawaan mobil," ucap Memet Djumhana, manajer Toyota Tim Indonesia beberapa waktu lalu.
Hal yang sama juga terjadi pada komponen girboks. Asal tampak luar girboks tetap seperti bawaan mobil, segala bentuk ubahan di dalamnya diperbolehkan seperti mengganti ukuran rasio gigi atau lainnya. Kondisi ini sudah dijalankan oleh beberapa tim. Terlihat kalau nafas mobil di salah satu posisi gigi menjadi sangat panjang atau pendek.
Tak sebatas mesin dan girboks saja yang terjebak dengan kata-kata, namun perangkat rem juga. Dikatakan kalau tak boleh merubah sistem rem. Maksudnya, sistem rem tangan harus dibiarkan standar seperti pabrik, tak boleh diubah menjadi sistem hidraulis seperti dahulu kala.
Namun dalam kenyataannya tak sedikit tim yang melakukan modifikasi di rem. Ada yang mengakali teromol belakang sehingga daya cengkramnya jauh meningkat dibanding standarnya. Seorang mekanik bilang kalau ia melakukan modifikasi terhadap perangkat tersebut dengan meniru sistem di mobil reli.
Terhadap perangkat rem belakang ini ada yang bilang kalau hal tersebut menyangkut pada komponen, sehingga sah-sah saja untuk dilakukan. Namun pembalap lain justru bingung, "Itu masuk sistem atau komponen ya?". Hal tersebut diakui pula oleh Vito. "Memang konsentrasi kita terhadap rem hanya di sistem hidraulis saja," ucapnya ketika dihubungi via telepon.
Nah, dari komponen-komponen yang terjebak kata-kata tersebut sangat mungkin terjadi perang dana peserta. Siapa yang kuat dana sangat mungkin melakukan modifikasi ekstrem baik di mesin, girboks dan rem, namun bagi yang tidak, siap-siap untuk sulit bertengger ke posisi atas.
Kalau memang demikian, berarti mobil pacu slalom sudah tak berada dalam kondisi standar lagi. Dan seperti kebiasaan pembalap atau tuner, selalu mencari celah di regulasi untuk melakukan modifikasi.
Nilai minus lainnya terhadap regulasi slalom 2009 dengan tidak diberlakukannya pemeriksaan teknis saat lomba selesai. Scrutineering hanya dilakukan saat awal lomba, itupun hanya berkonsentrasi pada kesiapan dan kelengkapan administrasi serta pada hal-hal yang ditabukan, seperti penggunaan limited slip differential dan rem tangan hidraulis.
Harusnya supaya lebih fair, setiap selesai lomba dilaksanakan pemeriksaan akhir. Bisa dilakukan secara random atau pada para pemenang saja. Pemeriksaan ini untuk menjaga nilai sportifitas lomba dan mengurangi kecurangan.
Penulis/Foto: Toncil / F.Yosi