Saling Ejek Berakibat Maut

billy - Kamis, 17 November 2011 | 07:46 WIB

(billy - )


Sering akibat pengaruh emosi komunitas
Peristiwa ini mesti jadi perhatian serius. Terutama buat semua kalangan pelajar, orang tua, guru dan juga masyarakat. Semakin minim saja rasa empati yang dimiliki kaum pelajar terhadap sesamanya.

Seperti kejadian pada Rabu 2 November 2011, sekitar pukul 16:30 WIB yang merenggut nyawa seorang siswi SMA berinisial IP. Pelakunya F yang juga pelajar SMK, membacok  IP saat boncengan dengan teman sekolah, MR. Keduanya naik Honda BeAT di Jl. Benyamin Sueb, Kemayoran, Jakarta Pusat.

“IP meninggal karena banyak mengeluarkan darah,” jelas AKBP Hendro Pandowo, Wakapolres Metro Jakarta Pusat.

Menurut keterangan AKBP Hendro, Ketika motor yang dibawa MR melintas, tiba-tiba sekelompok pelajar menghadang laju motor yang ditumpangi IP.

“Takut jadi sasaran amukan sekelompok pelajar itu, MR menghindar dengan menambah kecepatan. Namun naas, bagi IP, sabetan golok milik pelaku mengenai paha kanan IP. Melihat korban bersimbah darah, kemudian dibawa ke RS Mitra Keluarga,” tambah AKP Agus Rianto, Kanit Resmob Polres Jakarta Pusat.

Di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat  sendiri menurut AKP Agus sering terjadi aksi tawuran pelajar. Saat ditemui MOTOR Plus di Polres Jakarta Pusat, pelaku F mengaku saat kejadian ia dan beberapa teman sekolahnya sedang dalam perjalanan pulang. “Waktu itu, ada pelajar bawa motor yang teriak-teriak ke arah kami. Saya terpancing dan mengejar mereka. Karena terlalu ngebut saya tebas aja dan kena yang dibonceng,” bilang pelajar yang baru 16 tahun itu.

  Psikolog anak, Dr. Seto Mulyadi menilai kondisi anak-anak saat ini dalam keadaan yang tidak baik. Kekerasan terjadi di mana-mana. “Anak-anak di Indonesia masih rawan terhadap tindak kejahatan baik secara fisik maupun psikologi. Sejumlah hasil penelitian kekerasan justru terjadi terhadap mereka yang tinggal di perkotaan cukup tinggi,” katanya.

Anak adalah aset masa depan bangsa. Pada mereka perhatian dan kasih sayang perlu diberikan dengan baik, empati terhadap anak-anak saat ini masih terasa kurang.  “Apakah itu di rumah, di sekolah,  di masyarakat, bahkan mungkin di negara, karena kita hanya melihat dari penalaran pada rasio. Kurang pada perasaan,” kata Kak Seto sapaan akrabnya.

Masalah kekerasan pada anak di Indonesia begitu meluas dan kompleks, mulai dari penelantaran anak, kekerasan anak di sekolah, sampai masalah anak bunuh diri lantaran malu karena menunggak uang sekolah, masalah banyak anak yang putus sekolah dan sebagainya.

Selain karena faktor ekonomi juga disebabkan kondisi sekolah yang tidak menyenangkan, seperti kualitas belajar-mengajar yang sangat rendah dan kurikulum yang tidak sesuai pada realitas anak.

Kekerasan pada anak juga dipengaruhi oleh tayangan televisi, namun semua itu harus disikapi bijaksana oleh orang tua, seperti mengingatkan agar anak tidak banyak menonton tayangan televisi yang banyak menayangkan kekerasan.

Sayangnya program memberantas kekerasan pada anak yang dicanangkan pemerintah hingga kini belum mampu meredam atau bahkan menurunkan tindakan kekerasan pada anak. Hal itu terbukti dengan jumlah kasus yang kian tahun semakin meningkat.

Untuk itu, pria yang juga menjadi Chairman di Yayasan Mutiara Indonesia ini berharap pemerintah segera menggulirkan sebuah gerakan nasional untuk menanggulangi kekerasan pada anak. Hal ini sangat penting mengingat kasus kekerasan pada anak terus meningkat, terutama di kota besar seperti DKI Jakarta. Dengan gerakan itu diharapkan praktik kekerasan pada anak bisa ditekan.” 

Dalam kasus ini juga Kak Seto meminta pihak aparat penegak hukum untuk mengedepankan kondisi pelaku yang masih di bawah umur. “Masa depannya masih panjang. Hukuman yang diberikan harus dilihat sebagai pembelajaran,” jelas Kak Seto lebih lanjut.

AKP Agus Rianto mengungkapkan kalau selama proses persidangan nantinyam pelaku akan ditemani langsung oleh psikolog dan juga instansi terkait. “Prosedurnya memang seperti itu, karena pelaku memang masih di bawah umur,” tegas Agus yang ramah itu. 

Si pelaku, F sendiri ketika ditemui MOTOR Plus mengaku sangat menyesal atas kejadian ini. “Saya menyesal dan minta maaf,” ucapnya lirih.   (motorplus-online.com)