“Tunggangan saya Yamaha Force One. Namun kami punya prinsip. Walau modifikasi, bila turing dengan rekan-rekan yang pakai motor trail, kami tidak merepotkan mereka,” urai Tarno, komandan SSC.
Mereka bisa membuktikan kehandalan motor trail hasil modifikasi dari motor jalanan aspal. Baik bebek atau motor sport. Spek modifikasi menggunakan ban pacul, ground clearance tinggi, dan sudah pakai setang lebar.
SSC kini beranggota 45 orang. Asyiknya mereka punya sumber daya orang yang mumpuni dalam membangun atau memodifikasi sebuah motor trail. Beberapa anggota berprofesi sebagai modifikator atau pebengkel handal. Lasmin, Rajak, Toyib, Andri, dan Hartanto yang diandalkan untuk mengubah tampilan.
Lasimin buka rumah modifikasi sendiri di Jl. Agung Utara 3, Mojosongo, Solo. Berbekal las karbit dan las listrik banyak sudah hasil karyanya dari basis motor bebek maupun sport. Salah satunya, Honda CB100 1973 milik Dido Jay bergaya trial jadul.
Proses modifkasi Honda CB ala trial hanya berdasar foto motor rujukan. Sasis belakang diubah sesuai motor acuan. Bahan pipa juga pelat besi antara 1,4 mm sampai 2 mm. Bahan pelat swing arm 2 mm-3,5 mm. Tangki dari pelat ketebalan 0,9 mm.
“Untuk titik-titik tertentu yang terkait kekuatan, seperti seputar komstir lalu dudukan mesin, dudukan swingarm. Soal kekuatan enggak bisa ditawar. Dianjurkan pakai pakai pelat tebal 3,5 mm-4 mm,” yakin Lasimin.
Bengkel Rajak di Jl. Bromo, No. 1 Wonorejo Solo dirintis sejak 2004 silam. Menurut mereka, kelebihan motor standar dibikin trtail yakni motor jadi lebih enteng. Torsinya sip, juga enak diajak handling ke wilayah hutan.
|
Hartanto juga tergabung di SSC. Profesinya pebengkel bubut di pasar Klithikan Notoharjo, kios blok N8, Semanggi, Solo. Di bengkelnya tersedia 2 unit mesin bubut, mesin las, mesin bor dan lainnya. Lumayan komplet.
Pria yang mengaku sekolahnya enggak tinggi itu sering jadi rujukan rekannya, Lasimin, Rajak dan lainnya, yang membutuhkan order bubut terkait ngebangun tunggangan trail. Utamanya menambah kekuatan titik-titik di motor. Di antaranya ubah komstir dengan laher payung atau tanpa gotri. Bikin T komstir atas dan sebagainya yang terkait modifikasi.
“Ubahan itu terkait dengan kekuatan. Misal menerabas jumpingan dan mendarat. Bila bagian komstir diganti model laher, ketika motor terbentur, bagian komstir enggak mudah oblak. Juga T atas, biasanya sering patah, maka perlu dibuatkan dengan bahan lebih kuat,” tegas pengguna Suzuki TS125 itu. (motorlus.otomotifnet.com)