OTOMOTIFNET - Deretan motor-motor gede (moge) ini kerap nongrong di Sutos (Surabaya Town Square) atau Galaxy Mall Surabaya Jawa Timur di tiap Minggu pagi. Atau, Anda dapat pula menjumpai saat mereka di jalan selepas pintu tol Suramadu arah kota Bangkala, Madura dengan tungangannya. Tak lain sedang adu adrenalin memacu tunggangannya.
270 KM/JAM
Sebut saja Mbikers, sebuah klub moge dengan aliran motor jenis sport asal pabrikan Jepang hingga Italia. Ada Yamaha R1, Yamaha R6, Suzuki GSX-R 1300 Hayabusa, Suzuki GSX-R 1000, Suzuki GSX-R 600, Suzuki BKing, Kawasaki Z1000, Aprilia RSV4-R, Ducati Streetfighter, Ducati 1098, MV Agusta F4, BMW S1000RR, Honda CBR-1000RR, Honda CBR-600RR, Honda CB1000R dan Yamaha MT 1700.
Jembatan Suramadu memang menjadi akses cepat bagi masyarakat di Pulau Jawa yang ingin pergi ke Pulau Madura, begitu sebaliknya. Termasuk Mbikers, kerap ngetes nyali nunggangin mogenya di jalan raya menuju kota Bangkalan, Madura.
Jalan mulus dengan panjang sekitar 3 km setelah keluar pintu tol Suramadu memang jadi trek menarik dan penuh tantangan. “Di sana jalannya masih sepi dan tidak ada lubang jalan. Jadi aman-aman saja,” jelas Tommy Soetio yang didaulat sebagai ketua MBikers.
Tak musthil, top speed 270 km/jam jadi rekor yang dicapai salah satu anggota. Wajar karena rata-rata moge besutan Mbikers sudah bukan standar pabrikan lagi. Beberapa spare part high performance sudah gantikan part standarnya.
Mulai up-grade tenaga mesin, knalpot, pengereman, kaki-kaki hingga pemakaian aksesori. Contoh di sektor engine, penggunaan DynoJet PC V (Power Commander) Fuel Tuning System, Dyno Tune, air filter dan CDI dari produk-produk ternama.
Guna penunjang performa mesin, juga adopsi brake lines, brake master cyclinder dan rotor kit (cakram) keluaran Brembo. “Aksesori lain seperti rear seat, lampu HID, CDI, fluid tank, fender eliminator, frame slider, engine protector, pelek dan wind screen,” jelas Adrian, wakil ketua Mbikers seraya mengatakan biaya modifikasi bisa mencapai Rp 100 juta lebih.
Satu lagi kewajiban yang harus dilakukan anggota adalah ganti knalpot standar dengan produk aftermarket macam Akrapovic, Yoshimura dan Termignoni. Hal ini bukan tanpa alasan, karena knalpot standar moge itu tergolong silent (suaranya halus, red) saat kecepatan tinggi.
Ini bukan gaya-gayaan semata, malah bermanfaat bagi pengguna jalan lain. “Kalau diganti dengan aftermarket, dari jauh sudah terdengar suaranya. Pengguna jalan lain tentunya sudah lebih waspada,” tukas Adrian lagi.
Mbikers yang dulunya bernama Cogar (Kucing Garong) ini beranggotakan 30 orang. Berdiri sejak Januari 2010. Berawal dari memiliki hobi yang sama yaitu mengendarai moge sport. “Komunitasnya terus meningkat. Akhirnya sepakat dibentuklah klub ini,” ujar Tommi.
Dan klub yang berada di bawah naungan IMI dan IMBI ini antipati dengan yang namanya arogansi di jalan raya. Biar pun klub motor ber kapasitas mesin (cc) besar, bukan berarti bisa seenak jidat konvoi di jalan tanpa peduli pengguna jalan yang lain.
Bahkan Tommi selalu mengingatkan kepada para anggota agar selalu safety first. Safety untuk diri sendiri dan juga orang lain. “Poin penting saat akan konvoi tertib di jalan, tidak ugal-ugalan, safety riding dan safety riding gear. Karena kami ingin menekankan bahwa tidak semua klub moge itu selalu arogan di jalan,” tegasnya.
Begitu dong.