Naik motor memang mudah, yang sulit berkendara secara dewasa! |
OTOMOTIFNET - Menurut UULLAJ No. 22 tahun 2009, batas bawah kepemilikan SIM A dan C adalah 17 tahun. Tak ada yang salah memang dari regulasi baru ini. Regulasi ini memang dibuat dengan memenuhi berbagai unsur kompromistis dari berbagai kepentingan di masyarakat.
Namun perkembangan di lapangan ternyata berjalan dengan cepat. Batas bawah usia kepemilikan SIM itu nyata seiring pula atas tren yang naik atas angka kecelakaan dengan melibatkan usia muda. Yaitu 17 sampai 20 tahun. Bahkan yang usianya di bawah rentang ini (11-17 tahun, red) juga sudah tercatat sedemikian besarnya.
Sebab berdasar data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, pada bulan Januari 2010 terjadi 156 kali kecelakaan. Ini yang libatkan pemakai jalan di rentang usia 11-20 tahun. Di bulan Februari, angkanya masih tetap tinggi yaitu 120 kali kecelakaan.
Itu angka-angka yang masuk sebagai kejadian yang dilaporkan, tanpa bermaksud buruk, akumulasi kejadian kecelakaan lalu lintas yang tidak dilaporkan tentu bisa lebih banyak lagi.
EMOSI TINGGI
Terlepas apakah mereka jadi korban pasif maupun aktif dari sebuah kejadian, tetap saja data pihak kepolisian tadi tegaskan bahwa rentang usia belia rentan ikut serta dari satu kecelakaan lalu lintas. “Sisi emosional adalah salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan pada rentang usia tersebut,” yakin Jusri Pulubuhu, director trainer Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC).
Maksudnya, gejolak emosi yang fluktuatif itu makin runyam dengan bermacam pengaruh seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah, dan teman-teman sebaya. Termasuk juga efek dari aktivitas-aktivitas harian mereka. Celakanya, banyak ilmu berlalu lintas yang diperoleh mereka juga tak mumpuni.
Ambil contoh, kejadian terceburnya sebuah Honda Jazz di kolam bundaran HI Jakpus beberapa waktu lalu. Berawal dari nafsu adu cepat dengan mobil lain namun tak paham jalur di landmark pusat kota Jakarta itu.
Atau kejadian sebuah Toyota RAV4 yang terbang di kawasan Menteng Jakpus beberapa hari sebelumnya. Lagi-lagi, kurang mampunya driver belia baca jalur jalan. Kedua kejadian positif pula terjadi akibat terlalu tingginya kecepatan.
Tidak pakai helm jangan pernah anggap kesalahan ringan, cobalah untuk lebih mahal hargai nyawa sejak dini |
Kendaraan modern harus disertai pola pikir berkendara yang dewasa dan mutakhir pula |
TEKNOLOGI PERAN SERTA
“Dibanding dengan zaman saya dulu di tahun 70-an, pengendara saat ini lebih canggih, berani dan cenderung nekad namun sayang tanpa dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang kendaraan terutama masalah risiko kecelakaan” ujar Jusri. Tak berlebih kalau mau disebut bahwa usia muda dan kendaraan adalah modus pembunuhan termutakhir.
Diperburuk dengan rendahnya minat baca buku petunjuk manual dari mobil maupun motor oleh pengguna. Karena disitu paling tidak tertera anjuran untuk berkendara secara aman. Makin meresahkan lagi justru datang dari tayangan iklan di televisi yang terang-terangan anjurkan berkendara secara agresif.
NAIKKAN BATAS USIA
Pihak kepolisian, jelas tak diam saja. Langkah preventif sudah dilakukan pula, salah satunya menaikan batas bawah kepemilikan SIM. “Sekarang tidak 16 tahun lagi,” tegas Iptu. Robiin, Paur Pimsus SIM Samsat Polda Metro Jaya.
Menurut perwira bidang urusan pelanggaran SIM itu, hasil penelitian kepolisian tegaskan usia 16 tahun belum bisa disebut dewasa dari segi kendali emosi dan potensial munculkan kecerobohan saat berkendara. Bahkan, diketemukan juga usia di bawah 16 tahun sudah alami kecelakaan. Utamanya saat berkendara motor.
Muhammad Rizal Psi dari LPTUI senada Robiin. Psikolog yang sering beri konseling buat remaja ini yakin bahwa naiknya batas usia minimal itu (kini jadi 17 tahun, red) diharapkan makin mematangkan potensi kontrol emosi serta kemampuan pengambilan keputusan. “Berkaitan dengan mengolah informasi serta membuat keputusan yang tepat,” detail pria yang berkantor di Salemba Jakpus ini.
Sebab saat berkendara sesorang harus bisa olah beragam masukan dari kondisi saat di jalan raya. Pengendara bisa dianggap matang pola berpikirnya. Tak mudah begitu saja untuk berani memutuskan bermanuver, contoh mudah, mengerem laju mobil atau motor saat arus di belakangnya ramai.
Pertanyaannya, naik satu tahun apakah sudah cukup?
Penulis/Foto: Arie, eRIE / Jodi, Tigor, Reza