|
OTOMOTIFNET - Turing naik motor bergerombol memang menyenangkan. Apalagi bersama teman-teman dekat atau komunitas tongkrongan. Namun di balik kesenangan tersebut terkadang bahaya suka mengancam.
Pasalnya, musuh di jalanan beragam. Bukan cuma mobil, truk, bus atau motor lain. Melainkan juga jalan rusak, marka darurat bahkan peminta sumbangan yang kerap memakan lajur jalan. Meleng sedikit saja, bukan cuma satu nyawa yang bakal terancam. Tapi juga peserta turing lainnya.
Mungkin buat rombongan yang ada di depan, masih bisa menghindari rintangan-rintangan tadi. Namun untuk rider di deretan tengah dan belakang belum tentu bisa cepat sigap menghadapinya. Apalagi bila sampai ada yang berhenti mendadak. Sebab umumnya saat jalan beramai-ramai (biasanya kerap dilakukan anak klub), antara motor satu dengan lainnya jaraknya dekat-dekat.
Makanya kemudian muncul simbol-simbol atau kode turing sebagai isyarat untuk menanggulangi kondisi-kondisi seperti tadi. Ada pun isyarat-isyarat tersebut antara lain sebagai berikut:
|
1. Tangan kiri diangkat ke atas dan dikepal artinya berhenti.
2. Tangan kiri mengacungkan 1 atau 2 jari = rombongan diminta bikin 1 barisan (1 jari telunjuk) atau 2 baris (2 jari).
3. Kaki kiri atau kaki kanan turun salah satu = ada jalanan berlubang atau ada benda yang mengganggu di sebelah kiri atau kanan (posisi rintangan tergantung kaki mana yang diturunkan).
4. Kedua kaki diturunkan = ada jalan rusak di kiri-kanan, polisi tidur atau ada sambungan jalan. Rombongan disarankan menurunkan kecepatan dan berhati-hati.
5. Jari tangan kiri menunjuk arah = arah tujukan jari ke kiri tandanya aba-aba belok kiri. Kalau kanan artinya belok kanan.
6. Tangan kiri diangkat, lalu dikepal dan kemudian kelima jari dibuka secara berulang-ulang = hati-hati dan kurangi kecepatan.
7. Tangan dikepalkan terus dilambaikan ke kiri = rombongan diharap berhenti untuk menepi.
8. Dan lain sebagainya.
Soal kode ini, "Setahu gue pertama muncul di Amerika. Mereka punya literaturnya. Karena orang-orang di sana hobi sekali turing bergerombol. Terutama anak-anak Harley-Davidson. Dibutuhkan buat menjaga keselamatan rombongan saat turing," bilang Anggono Iriawan, manager safety riding PT. Astra Honda Motor (AHM).
Tapi di negara lain, lanjut Anggono, seperti di Jepang atau bahkan di Indonesia sendiri sebenarnya kode turing tersebut tidak ada regulasinya. "Hanya jadi kesepakatan di antara anak-anak klub saja. Tapi selama itu memang sangat menolong buat keselamatan berkendara, gue rasa boleh-boleh saja digunakan," tukas Anggono.
Pendapat berbeda dilontarkan Joel Mastana, punggawa Safety Ride & Drive Center yang bermarkas di Bintaro, Jaksel. "Pemberian isyarat menggunakan tangan atau kaki jelas akan membahayakan si rider. Sebab pengendalian terhadap motor yang ditunggangi jadi terganggu. Contohnya waktu kedua kaki diangkat. Kan kaki diperlukan buat mengontrol rem dan persneling yang sangat dibutuhkan saat menghadapi situasi-situasi tadi."
Menurut Joel, perlakukan yang benar adalah masing-masing rider harus bisa menjaga jarak aman antara satu dengan lainnya. "Idealnya antara pengendara di depan dengan yang belakang punya jeda 2 detik. Dengan jarak tersebut, cukup untuk rider yang di belakang buat memantau kondisi jalan di depan atau menghindari rintangan yang ditemui," terangnya.
Tommy Ernawan dari PT. Indomobil Niaga International (IMNI) yang juga doyan turing naik motor setali tiga uang sama Joel. "Enggak benar tuh kasih kode dengan mengangkat-angkat kaki. Risikonya motor bisa jatuh saat menerabas jalan rusak dalam kecepatan tinggi, lantaran rider bakal susah menstabilkan lari motor bila kedua kaki diangkat," ujarnya kala mengikuti acara turing Jawa-Bali yang dilaksanakan oleh Pertamina bareng Trendypomo Mandira awal Juni lalu.
Penulis/Foto: DiC/Dede, Istimewa