Rp 2 Juta
Kopaja ini berhasil mengubah image nyaris 180 derajat. Bus nya baru, tempat duduknya pakai sofa, ada tripod barrier sebagai entry dan yang utama tidak ugal-ugalan lagi.
“Kami ingin ikut memperbaiki model transportasi di jakarta menjadi lebih baik. Salah satunya ya dengan membuat tampilan Kopaja ber-ac ini. Tidak hanya tampilan, tetapi juga sistem yang menunjang konsep yang kami canangkan,” ujar Nanang Basuki, ketua umum Koperasi Kopaja.
Konsep yang diterapkan yakni dengan sistem penggajian untuk sopir dan kernet. Hal yang nyaris tidak pernah terjadi sebelumnya di angkutan serupa. Sehingga membuat mereka lebih tenang dalam bekerja.
“Dengan konsep itu, tak ada alasan sopirnya ugal-ugalan karena tidak perlu ngejar setoran seperti sebelum ini. Sopir hanya akan mengangkut penumpang sesuai kapasitasnya. Yakni 27 seat dan 8 berdiri juga telah disiapkan untuk gantungannya,” cerita nanang.
Pada Kopaja ber-ac ini, seluruh penumpang masuk dari pintu depan. Tidak bisa langsung masuk, penumpang harus melalui tripod barrier yang seperti di mall itu. Lalu, penumpang turun melalui pintu belakang.
Dengan take home pay Rp 2 jutaan per bulan (termasuk uang operasional dan uang makan), baik sopir maupun kernet masih ada jaminan sosial untuk keluarganya. “Kami akan mengikutkan keluarganya, dari istri dengan 3 anak diasuransikan. Nanti setelah 3 bulan mereka bekerja di sini dan memiliki prestasi langsung kami asuransikan,” ujar Billy Mahari Sinungan, Direktur Utama PT Sarana Monas Adiguna (SMA) selaku operator Kopaja ber-ac ini.
Karena itu jangan heran jika peminat menjadi awak Kopaja ber-ac begitu antusias. Sebanyak 25 awak yang kini mengoperasikan Kopaja ber-ac berangkat dari berbagai latar belakang. Ada yang memang sebelumnya sudah menjadi sopir Kopaja, Metromini, juga dari kalangan profesi lain. Bahkan ada 3 wanita yang beroperasi sebagai kernet.
Berbeda banged dengan Kopaja lama
Namun untuk bisa menjadi driver dan kernet Kopaja ber-ac tidaklah mudah. Selain diseleksi secara ketat, juga digembleng selama 2 minggu instruktur dari bimbingan mental (bimtal) Marinir.
“Kalau Kopaja-nya sudah ber-ac, sofanya empuk dan ada audionya yang merdu, tetapi mentalnya tidak berubah ya susah. Maka itu selain dibekali atittude dalam berkendara, mereka juga harus memakai seragam,” ujar David Pangaribuan, Direktur Regulasi dan Kepatuhan SMA.
IDEALISME
Tapi tahukah bagaimana ceritanya Kopaja SMA ber-ac ini lahir? Menurut Billy berangkat dari keinginan ikut memperbaiki pola transportasi sekaligus memperbaiki kehidupan para pelaku moda transportasi di DKI Jakarta.
“Saya, Charlie Lesmanjaya, Christine dan Pak David memiliki idealisme yang mengubah image kopaja ini. Bahkan kami sampai memikirkan hal yang sangat detil, misalnya parfum dan lagu-lagu yang dipakai untuk semua Kopaja mesti sama dan khas aromanya,” ungkap Billy, alumnus sekolah komunikasi di depok yang juga memiliki usah mikrolet.
Yang lain seperti Charlie memiliki perusahaan karoseri dan ac mobil, David adalah salah satu pengurus organda DKI serta Christine yang memiliki usaha rumah makan Vietnam.
Dengan tarif sama yakni Rp 2.000 seperti sekarang, dipastikan SMA akan mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Belum lagi protes dari sesama pemilik kopaja dengan rute sama. “Ya ini masih tarif promosi. Kami akan segera mengajukan soal kenaikan tarif sesuai standar kenyamanan yang kami berikan kepada dishub DKI,” tambah David.
Udar Pristono, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jaya menyambut gembira hadirnya Kopaja ber-ac (kini baru 20 unit dari rencana total 75 unit). “Adanya Kopaja ber-ac ini sesuai dengan keinginan pemerintah DKI yang memiliki program mengatasi kemacetan dan sudah sesuai peraturan baru bagi penyedia angkutan umum dengan infrastruktur dan manajemen seperti SMA ini,” kata Pristono.
Karyawan digembelng petugas bimbingan mental dari marinir
Mestinya, yang kayak gini ini yang mendapat subsidi dari pemerintah. Mau merugi dulu, demi idealisme membantu program pemerintah.
Bukan begitu Pak Pris? (mobil.otomotifnet.com)