Sebenarnya esensi utama dari HF adalah, fitment velg maksimal (width & offset), celah yang sangat tipis bahkan tanpa celah antara fender dan ban (no wheel gap), dan bodi yang sangat rapat dengan tanah (dropped body).
Hasil kombinasi tiga syarat ini, menurut bule-bule disana disebutnya Stance. Sedangkan kalau disini mungkin lebih sering disebut ‘tongkrongan’.
Stance sendiri jika diartikan secara harfiah, adalah cara berdiri. Jika esensi utama sudah terpenuhi, otomatis perfect stance pun terpenuhi. Dengan kata lain dibutuhkan ‘cara berdiri’ yang sempurna untuk menjadi HF.
Roof rack hanya aksesori saja, jangan dijadikan patokan bergaya HF.
• Roof Rack. Saya pernah menemukan anggapan, pakai roof rack biar bergaya Hella Flush. Salah total! Enggak ada hubungannya sama sekali antara roof rack dengan HF. Hella Flush sangat tidak dipengaruhi kehadiran roof rack.
Begitu juga dengan kehadiran hood bra, rusty panel, dan sebagainya. HF just talking about your stance. Tapi ketika mobil elu sudah punya perfect stance, aplikasi roof rack turut membantu bikin efek bodi amblas.
Kalau begini penampakannya, masa iya mau disebut HF?
• Mau mepet fender tapi enggak mau gesrot. Velg yang mepet sekali dengan fender, artinya velg tersebut hampir menempel dengan fender. Jadi bagaimana mau enggak gesrot kalau velgnya saja dekat fender? Risiko dari HF adalah gesrot. Jadi, terbiasalah dengan bunyinya.
BBS banyak dipakai di sana karena bisa dimainkan lebarnya.
• Pemakaian ban tapak kecil. Kalau kamu pakai Honda Jazz, punya velg 16x7 inci, terus mau kamu kasih ban ukuran 165/45R16 biar narik, maka kamu salah. Lebar 7 inci tidak perlu ban narik, kecuali proporsi mobil kamu mendukung. Misal untuk dipasang di Karimun Estilo atau Cherry QQ. (mobil.otomotifnet.com)